Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

IESR Siapkan Laporan Seri Studi Peta Jalan Transisi Energi Indonesia

  • Oleh ANTARA
  • 27 September 2020 - 03:00 WIB

BORNEONEWS, Jakarta  - Institute for Essential Services Reform (IESR) menyiapkan laporan seri studi peta jalan transisi energi Indonesia berisi empat kajian dan satu sintesis yang berisi evaluasi Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) hingga soal transisi energi berkeadilan.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa dalam Forum Editorial daring the Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) bersama IESR diakses dari Jakarta, Sabtu, mengatakan 91 persen energi yang digunakan Indonesia masih berasal dari bahan bakar fosil, dan 87 persen digunakan untuk menghasilkan listrik.

Itu yang, menurut dia, menjadi perhatian IESR sehingga membuat seri kajian peta jalan transisi energi tersebut, yang rencananya diluncurkan bertahap dari 29 September hingga 27 Oktober 2020.

Fabby mengatakan empat kajian tersebut akan berisi tentang, pertama, evaluasi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 22 Tahun 2017 tentang RUEN dan melihat apakah itu masih relevan dan bisa menjawab transisi energi. Kedua, mereka juga mengkaji transisi energi di sektor transportasi.

“Karena tentu tidak hanya pembangkit listrik tapi transportasi juga mengkonsumsi energi fosil. Dan itu meningkat dalam satu dekade terakhir,” ujar dia.

Ketiga, mereka mengkaji transisi di sektor kelistrikan dan implikasinya terhadap industri batu bara di Indonesia. Keempat, memastikan transisi energi yang berkeadilan dengan melihat dan belajar dari empat negara lain yang melakukannya.

Terakhir, Fabby mengatakan seri studi tersebut ditutup dengan satu sintesis peta jalan transisi energi yang dituangkan dalam satu tulisan, bagaimana akhirnya Indonesia dapat membangun sebuah sistem energi rendah karbon.

Isu pemanasan global sangat kompleks karena sebagai negara kepulauan dengan pesisir yang panjang Indonesia rentan terkena dampaknya. Bukan saja dampak perubahan iklimnya berupa bencana tetapi juga mendatangkan kerugian ekonomi yang besar, mengingat sebagai produsen batu bara besar tentu perlu diperhitungkan pula dalam diskursus transisi energi.

Dalam kaitannya dengan transisi energi berkeadilan, staf program ekonomi hijau dan transformasi energi IESR yang juga menjadi penulis dalam seri studi tersebut Melina Gabriella mengatakan, belajar dari Jerman, Afrika Selatan, Australia dan Kanada, transisi perlu segera dilakukan.

Jika tidak justru akan memperparah ketidakadilan akibat risiko perubahan iklim yang tidak termitigasi dan mengurangi akses pasar global karena nilai aset dan infrastruktur berbasis karbon akan berkurang secara signifikan dan tidak komprehensif.

Berita Terbaru