SEJUMLAH orang menggelar unjuk rasa di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kalimantan Tengah (Kalteng), Jalan Jenderal Soedirman, Kota Palangka Raya, Jumat (12/2/2016). Orasi mereka menyuarakan aspirasi pasangan calon (paslon) yang kalah suara dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kalteng.

Aksi mereka mendapat peringatan dari Kapolres Palangka Raya, AKBP Jukiman Situmorang. 'Mana tahu ada pihak yang memprovokasi... Kami mengingatkan, supaya masyarakat tidak terprovokasi terhadap isu atau ajakan yang dapat merugikan diri sendiri,' katanya, di hadapan pengunjukrasa yang mengatasnamakan Gerakan Penyelamat Pilkada Gubernur Kalteng 2016 itu.

Menurut Jukiman, izin demo yang disampaikan awalnya berjumlah 1.500 orang. Polisi yang diterjunkan pun mencapai 500 personel dari Polres Palangka Raya dan Polda Kalteng. 'Namun, fakta di lapangan, (yang unjuk rasa) kurang lebih 200-an orang,' katanya.

Jangan anarkis

Jukiman juga mengaku telah melakukan sosialisasi kepada simpatisan dua paslon gubernur Kalteng bahwa seluruh proses pilgub sudah sampai ke tingkat pusat. Yaitu, paslon Willy Midel Yoseph-Wahyudi K Anwar (WIBAWA) yan diusung PDIP menggugat kekalahannya atas paslon Sugianto Sabran-Habib Said Ismail (SOHIB) ke Mahkamah Konstitusi (MK).

'Jadi nanti, apapun keputusan MK, menjadi acuan bagi semua pihak. Jangan sampai bertindak anarkis,' kata Jukiman.

Massa Gerakan Penyelamat Pilkada dengan ikat kepala merah menuntut Ketua KPU Kalteng Ahmad Syar'i mundur. Mereka menilai ada banyak penyimpangan dan tidak netral.

Wakil Koordinator Gerakan Penyelamat Pilkada, EP Romong, menegaskan mereka datang dari kubu WIBAWA. 'Kita dari tim WIBAWA sudah sampaikan bukti itu ke MK dan DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu). Kami beri deadline hari Senin. Apabila tidak ada tanggapan serius dari KPU, maka kami akan turunkan massa lebih besar,' tutupnya. (BY/RZ/B-1)