Aplikasi Pilwali (Pemilihan Walikota) Kota Pekalongan Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kepala Rayon PLN Pangkalan Bun Siap Mundur, Tetapi'

  • Oleh Wahyu Krida
  • 02 Mei 2016 - 14:15 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Seringnya pemadaman listrik di pangkalan Bun Kotawaringin barat (Kobar) baru-baru ini membuat masyarakat kembali mengingatkan tentang poin tuntutan yang diteriakkan masyarakat dan kemudian ditandatangani oleh Manager PLN Rayon Pangkalan Bun Purwanto.

Dalam tuntutan yang kemudian ditandatanganinya atas desakan para pendemo di depan Kantor PLN Rayon Pangkalan Bun 21 Maret 2016, pada poin nomor 8 tertera tuntutan yang meminta Purwanto mundur dari jabatannya, bila masih saja terjadi permasalahan listrik seperti yang tertulis pada tuntutan di atasnya.

Saat dikonfirmasi Borneonews terkait hal itu Senin (2/5/2016), Purwanto menganggap persoalan pengunduran diri masih pro dan kontra. "Karena ada yang mendukung dan tidak. Kemudian asalnya yang  menggembar gemborkan saya untuk mundur siapa Bukan saya. Tapi yang teriak-teriak sambil demo yang meminta saya harus mundur," jelasnya.

Ia secara priibadi mengaku siap mundur dan ditempatkan dimana pun. "Saya pribadi kemana pun siap. Tapi perlu dicerna, apakah pengganti saya bisa menyelesaikan masalah" ujarnya dengan nada bertanya.

Menurutnya, tudingan masyarakat yang mengatakan bahwa kerusakan mesin yang beberapa kali terjadi belakangan ini cuma sekadar dalih tidak tepat, Tudingan itu terjadi lantaran sebelumnya alasan pemadaman adalah karena masalah di PLTU, layangan, dan gangguan monyet.

"Pemadaman yang terjadi bukan lantaran kerusakan mesin. Untuk masalah mesin kami anggap aman. Namun yang terganggu adalah panel kontrol. Percaya dan tidak itu hak masyarakat," jelas Purwanto.

Selain itu ia juga menyayangkan adanya tudingan yang mengatakan bahwa karena tidak ada perbaikan dalam hal mutu listrik di Pangkalan Bun. 

"Sebenarnya PLN sudah merencanakan banyak perbaikan dan sudah dilakukan (seperti mendatangkan mesin diesel sehingga tidak ada defisit listrik lagi). Tetapi masih banyak masyarakat yang kurang mendukung sehingga jadi penghambat. Contoh masalah tanam tumbuh di sekitar jaringan," jelasnya. 

Kemudian, lanjutnya, belum selesainya masalah dalam hal pembangunan tapak tower (tower transmisi lisrik) Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang menyalurkan energi ke Gardu Induk. 

"Sebagian masyarakat meminta ganti rugi tanah yang tidak wajar untuk pembangunan tapak tower. Sehingga menghambat percepatan pembangunan kelistrikan. Padahal tujuan pembangunan tapak tower tersebut agar daerah bisa mendapatkan listrik yang melimpah," pungkasnya. (WAHYU KRIDA/m)

Berita Terbaru