Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Luwu Timur Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Pabayo, Pertanda Acara Besar Masyarakat Dayak

  • Oleh Testi Priscilla
  • 14 Mei 2016 - 15:00 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya - Saat mengadakan ritual ada banyak yang digunakan sebagai simbol bermakna tertentu dan kadang dianggap sebagai suatu tanda kehadiran penguasa alam atas. Salah satunya, rautan pada kayu atau bambu yang digunakan oleh beberapa rumpun suku Dayak ketika menggelar upacara tertentu.

Pabayo (dalam bahasa Dayak Kanayatn) adalah penanda bahwa ada acara besar/Gawe yang berhubungan dengan adat istiadat orang Dayak. Bentuk pabayo menyerupai rumbai rautan kayu yang dibuat dengan meraut bambu atau kayu menggunakan pisau rautan (insaut).

"Pabayo dibuat setiap kali ritual diadakan yang merupakan lambang penyambutan terhadap kehadiran penguasa alam atas, yaitu Jubata," jelas Sabran Achmad, Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng kepada Borneonews, di Palangka Raya, Sabtu (14/5/2016).

Teknis pemasangannya, lanjutnya, Pabayo ditancapkan di tanah setiap tempat ritual diadakan. Pabayo dibuat dalam beberapa rautan (bentuk) dan masing-masing memiliki makna tersendiri. Pabayo yang dibuat pada bambu atau sepotong kayu yang diraut satu tingkat, menandakan ada upacara Batalah Dama dan Upacara Batenek  yaitu upacara tusuk telinga untuk memasang anting-anting yang pertama kali bagi anak perempuan.

Sedangkan Pabayo yang dibuat pada bambu atau sepotong kayu yang diraut tiga tingkat menandakan ada upacara yaitu ngangkat Anak dan upacara Batunangan (bertunangan). Kemudian, Pabayo dibuat pada bambu atau sepotong kayu yang diraut lima tingkat menandakan ada upacara yaitu Upacara Panganten (perkawinan), Upacara Babalak (Sunatan) dan Upacara Naik Dango atau Pesta Panen Padi.

"Pabayo yang dibuat pada bambu atau sepotong kayu yang diraut tujuh tingkat menandakan ada Upacara Besar oleh masyarakat desa," tutupnya. (TESTI PRISCILLA/N).

Berita Terbaru