Aplikasi Pilwali (Pemilihan Walikota) Kota Magelang Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Banyak PBS di Kotim Tidak Siap Hadapi Karhutla

  • Oleh Rafiuddin
  • 30 Mei 2016 - 19:46 WIB

BORNEONEWS, Kotim - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, menilai sebagian besar perusahaan besar swasta belum siap hadapi kebakaran hutan dan lahan. Pasalnya, peralatan pemadam kebakaran PBS masih minim.

'Minimal perusahaan harus ada hidran air, penampungan-penampung air. Contohnya kolam, sumur bor, sumur gali yang dipersiapkan dititik mana yang rawan kebakaran. Itu masih banyak yang belum siap,' ungkap Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik pada BPBD Kotim, Sutoyo, di Sampit, Senin (30/5/2016).

BPBD Kotim mulai mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) memasuki musim kemarau. Pihak perusahan dilibatkan berperan aktif antisipasi musibah tahunan tersebut. Dari koordinasi dan pengecekan perlengkapan pemadam kebakaran di perusahaan besar swasta (PBS) di daerah itu sebagian besar belum siap, karena peralatan pemadam kebakaran masih minim.

Menurut Sutoyo, kasus kebakaran lahan di Kotim hampir setiap tahun terjadi. Baik itu kebakaran lahan masyarakat maupun di sekitar perusahaan perkebunan kelapa sawit. Kasus kebakaran selalu menjadi sorotan berbagai pihak. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut pihaknya focus melakukan sosialisasi pencegahan ke desa-desa dan perusahaan perkebunan kelapa sawit.

Sebab, ujarnya, tanggung jawab perusahaan bukan hanya mengamankan atau memadamkan api di areal perusahaan saja. Tetapi juga berperan aktif menanggulangi kebakaran yang terjadi di desa-desa sekitar perusahaan tersebut.

Dari beberapa perusahaan yang sudah dilakukan sosialisasi, hanya ada beberapa perusahaan yang sudah siap peralatannya.

'Memang masih banyak kekurangan untuk antisipasi kebakaran di sekitar perusahaan. Tapi minimal mereka ada. Kamipun sudah memberikan pelatihan, dengan adanya pelatihan itu mereka akan tahu kekurangan-kekurangannya,' katanya.

Untuk mengantisipasi Karhutla yang menjadi bencana tahunan di daerah ini, semestinya kata  Sutoyo, perusahaan memiliki peta rawan bencana, terutama kebakaran. Sehingga memasuki musim kemarau mereka bias focus dan melakukan pencegahan di titik-titik yang dianggap rawan kebakaran tersebut.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Bandara Haji Asan Sampit, melaporkan, musim kemarau pada tahun ini terjadi mulai Juni.

'Koordinasi kami dengan BMKG bulan Juni sudah mulai masuk musim kemarau, tapi masih ada curah hujan. Tapi yang kita hawatirkan dengan suhu panas seperti ini harus diantisipasi karena mudah terbakar, karena gambut dan rumput sudah kering,' ujarnya. (RAFIUDIN/N).

Berita Terbaru