Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Digital Farming di Kotim Dapat Diperluas

  • Oleh Dewi Patmalasari
  • 17 Mei 2024 - 22:31 WIB

BORNEONEWS, Sampit - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) Taufiq Saleh mengatakan digital farming di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dapat diperluas. 

"Alhamdulillah Kelompok Tani Margo Mulyo di Sampit yang menjadi project digital farming sukses untuk menanam cabai dan ke depan sangat berpotensi untuk diperluas," kata Taufiq saat panen perdana cabai rawit hasil tanam dengam metode digital farming Kelompok Tani Margo Mulyo, Jumat, 17 Mei 2024.

Turut hadir dalam kegiatan itu Staf Ahli (Sahli) Gubernur Kalteng Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Yuas Elko dan Wakil Bupati Kotim Irawati.

Digital farming bisa direalisasi di Kalimantan Tengah khususnya Kotim dan di daerah pertanian yang memungkinkan untuk menanam cabai rawit.

Digital farming adalah atau juga dikenal dengan pertanian digital, adalah integrasi teknologi dalam berbagai aspek manajemen peternakan dan pertanian, serta proses lain yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya pangan.

Penerapan digital farming pada tanaman cabai kelompok tani Margo Mulyo tersebut memanfaatkan aplikasi untuk memantau tata kelola air, irigasi hingga pemupukan untuk memastikan tanaman mendapat nutrisi yang cukup dan tidak ada serangan hama. 

Perwakilan BI di Provinsi Kalteng bekerja sama dengan PT. Habibi Digital Nusantara atau Habibi Garden dari Bandung, untuk mengembangkan dan membina petani menerima teknologi pertanian tersebut. 

Hasil tanam cabai Kelompok tani Margo Mulyo menggunakan digital farming meningkat 40-50 persen. Dari setengah hektare lahan menghasilkan 200-300 kg cabai.

Digital farming juga menekan biaya perawatan, sehingga panen melimpah dan penekanan biaya produksi membuat petani meraup untung lebih besar dari penanaman metode biasa.

"Kami juga mengembangkan di Kapuas dan Pulang Pisau dengan pendekatan yang berbeda karena tidak semua lahan bisa diperlakukan dengan pendekatan yang sama. Semuanya hasilnya bagus," tandasnya. (DEWI PATMALASARI/R)


TAGS:

Berita Terbaru