Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Dipungkasi dengan Arak-Arakan

  • Oleh Koko Sulistyo
  • 23 Juli 2016 - 19:20 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Pernikahan adat Dayak antara Frederick Galdikas dengan Darlene Rabena di Desa Pasir Panjang, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah berlangsung meriah. Latar belakang orang tua dari pasangan ini yang beragam, yakni percampuran dari Indonesia, Kanada, Amerika Serikat dan turut membuat suasana kemeriahan juga berbeda.

Puncak kemeriahan pesta pernikahan adat Dayak ini terjadi saat arak-arakan pasangan pengantin berlangsung. Keduanya dengan mengenakan busana adat Dayak, diarak berjalan kaki dari rumah ketua adat Desa Pasir Panjang, Rahing, menuju Balai Adat, Rumah Betang Pasir Panjang, yang berjarak sekitar 500 meter.

Kedua orang tua Federick, Birute Galdikas dan Bohap turut serta dalam arak-arakan itu. Bohap mengenakan busana adat Dayak. Sedangkan Birute, ahli primatologi dengan spesialisasi orangutan yang telah empat dekade lebih mendidikasikan keahliannya untuk Kalimantan, itu mengenakan busana kasual dan topi bundar.

Seluruh undangan, mulai dari pejabat sipil dan militer di daerah, hingga 50-an tamu dan kerabat kedua mempelai yang berasal dari luar negeri turut pula dalam arak-arakan itu.

Sesampainya di Balai Adat, peserta karnaval harus menjalani ritus memutari bangunan dalam bentuk panggung setinggi dua meter itu, sebanyak tiga putaran. Setelah itu, ada ritual penerimaan dengan dibuka oleh atraksi silat dengan menggunakan mandau. Kemudian, rombongan secara berbaris satu demi satu, menapaki tangga rumah betang yang dibuat dari pahatan kayu ulin itu.    

Di dalam ritus adat kemudian digelar dengan dipimpin Rahing, kepala adat Dayak Pasir Panjang. Sayang sekali, ritus ini tak dilengkapi dengan dukungan pengeras suara, sehingga tidak semua yang hadir, dua ratusan orang lebih tak bisa menyimak ritual yang dipimpin Rahing ini.

Menurut Kepala Desa Pasir Panjang, Tamel Otol, cara perkawinan adat semeriah ini sudah lama tidak digelar di Pasir Panjang, kampung Dayak yang berada di tepi Kota Pangkalan Bun ini.

Sebelumnya, ritual yang harus ditempuh dalam prosesi pernikahan adat ini disebut Bedaun. Dalam ritual ini, siapa saja yang hadir harus turut menikmati santapan kuliner lokal yang disajikan tuan rumah. Santapan itu berupa nasi lemang, dan penganan.

"Arakan ini adalah puncak dari acara, yakni pasangan mempelai berjalan disertai dengan tabuhan gamelan agar diketahui khalayak," pungkas Tamel. (Koko Sulityo/B-10)

Berita Terbaru