Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Setyo Wardoyo: Cetak Ulang dan Segera ke Layar Lebar

  • Oleh Yohanes S Widada
  • 26 Juli 2016 - 14:02 WIB

TIDAK  sampai setahun,  buku itu ludes di pasaran.  'Ternyata masyarakat kita sangat gemar  membaca novel berlatar sejarah,' kata Setyo Wardoyo kepada Borneonews.  Buku yang dimaksud Setyo adalah hasil tulisannya sendiri, yakni 'The Rise of Majapahit' .

Sejak beredar di pasar tahun lalu,  buku tersebut menjadi buah bibir.  Salah satu alasannya, buku tersebut menjadi  semacam epos yang  mengisahkan gagahberaninya pasukan  raja-raja di Tanah Jawa seperti  Singasari dan Majapahit mengusir serbuan  serdadu Mongolia utusan kaisar Kubilai Khan.  

Bukan Mongolia yang berhak menguasai Jawa (Nusantara), tetapi sebaliknya, Majapahitlah yang berjaya atas Nusantara hingga ke Tumasik,  Campa bahkan ujung Asia Selatan.

Cetakan kedua ini sebenarnya tak jauh beda dengan cetakan pertama.  Hanya saja, penerbit menambahkan ilustrasi atau gambar-gambar yang menguatkan  isi cerita.

'Kini cetakan kedua sudah beredar di toko buku Gramedia,' tutur Setyo.  'Mudah-mudahan tidak sampai setahun, sudah dicetak lagi yang ketiga,' lanjut pria yang biasa dipanggil Yoyok itu sambil tertawa ngakak.

Ia mengaku, disindir teman-temannya, dengan cetak ulang bukunya itu kini ia menjadi pria tajir dan cair.  Padahal, sebagai penulis,  ia justru mengaku prihatin. Banyak  teman  yang bilang,  'Wah ATM-nya Yoyok sampai jebol gara-gara menampung banjir royalty atau honor bukunya yang laris manis itu.'

'Aduh mas, honor penulis  buku di Indonesia ini memprihatinkan,' katanya pelan.  Ia mengaku malu kalau bicara royalty.

Memang bukan rahasia jika penulis buku itu tak mendapat  duit atau honor besar.  Perlu diketahui, pada umumnya penulis hanya mendapat bagian royalty sebesar 10 persen dari harga jual.  Jika satu buku dijual di toko buku dengan harga Rp67ribu, maka  bagian penulis  hanya sebesar Rp6.700 ribu.  Jika satu kali cetakan buku tersebut dicetak 3.000 eksemplar, maka total jatah penulis  hanya sebesar Rp18 jutaan saja.   

Karena itu sudah menjadi tekad  Yoyok itu untuk  mengemas kisah kegagahberanian prajurit Nusantara itu ke layar lebar.  'Harus mencari produser film mas.  Jika difilmkan,  maka The Rise of Majapahit  bukan hanya  menjadi tontonan yang menghibur, tetapi juga mengedukasi.'

Diam-diam,  ternyata Yoyok sudah mengantongi beberapa produser yang berminat  menggarapnya jadi film kolosal.  Siapa produser itu 'Tunggu tanggal mainnya mas!' (*)

Berita Terbaru