Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Bebas Kaki Gajah

  • Oleh Yohanes S Widada
  • 02 Oktober 2016 - 20:31 WIB

DUA Menteri hari ini datang ke Gunung Mas, Kalimantan Tengah untuk menginisiasi   bahwa daerah ini terbebas dari penyakit endemik, Kaki Gajah.  Penyakit yang ditularkan  oleh nyamuk ini  sudah bisa dieliminasi di daerah ini.

Sudah pasti, ini merupakan capaian yang patut dibanggakan.  Sehingga dua orang menteri, yaitu Menteri Kesehatan dan Menteri Koordinator bidang Pembangunan  Manusia dan Kebudayaan datang memberi applaus. 

Sebenarnya,  penyakit Kaki Gajah selalu berdampingan dengan Malaria. Dan, untuk daerah ini, tampaknya malaria sudah tereliminasi lebih dahulu.  Semoga saja benar-benar Kalimantan Tengah terbebas dari Malaria dan Kaki Gajah ini. 

Jika dilihat ke belakang,  sejatinya pangkal soal penyakit ini  sangat dipengaruhi oleh perilaku hidup masyarakat.  Terutama perilaku menjaga kebersihan sanitasi di lingkungan permukiman.

Pernyataan 'bebas' dari penyakit Kaki Gajah, tentu saja bukan hanya slogan, bukan hanya pernyataan.  Tetapi  benar-benar fakta, benar-benar kenyataan.  Masyarakat harus dijelaskan,  bahwa 'bebas'  di sini bukan tanpa syarat.  Suatu daerah bisa bebas dengan catatan bisa menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Artinya, menjaga kualitas lingkungan kehidupan, baik di perdesaan maupun di perkotaan.

Bebas artinya tidak ada penderita baru. Sedangkan penderita yang lama, yang saat ini ada, berangsur-angsur dalam proses penyembuhan.   Dan minum obat adalah satu cara antisipasi agar tidak ada penderita baru tersebut.  

Jika kualitas lingkungan kehidupan tidak bisa ditingkatkan atau setidak-tidaknya dipertahankan, maka tidak menutup kemungkinan penyakit tersebut bakal mewabah lagi.  Apalagi penyakit ini bersumber pada nyamuk, maka kemerosotan sanitasi akan menjadi peluang munculnya kembali penyakit tersebut. Malah, kemerosotan sanitasi bisa membuka peluang dua penyakit, yakni Malaria dan Kaki Gajah.

Benar kata Gubernur Sugianto. Kalimantan Tengah menghadapi tantangan minimnya fasilitas kesehatan. Terutama rumah sakit-rumah sakit yang baik. Satu provinsi yang terdiri atas 13 kabupaten dan satu kota, sungguh tidak memadai dengan hanya ada satu rumah sakit  besar. Dan itupun statusnya masih rumah sakit daerah.

Karena itu, tidak mengherankan jika warga Kalimantan Tengah harus pergi jauh untuk mencari tempat pengobatan. Paling dekat, warga harus ke Banjarmasin untuk mendapatkan rumah sakit yang memadai. Selebihnya, harus ke Jawa. Yaitu ke Jakarta, Semarang atau Surabaya.  Bukan hanya mahal, tetapi juga sangat-sangat merepotkan.

Kenyataan ini, hendaknya bisa membukakan mata dan hati para menteri.  Biarkanlah rakyat Kalimatan Tengah menjadi bagian dari Indonesia ini. Dan, karena itu, berhak atas layanan dan fasilitas kesehatan yang baik. 

Berita Terbaru