Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ubah Bundaran Besar, Harus Kumpulkan Tokoh

  • Oleh M. Muchlas Roziqin
  • 06 Oktober 2016 - 16:05 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya ' GUBERNUR Kalteng Sugianto sudah lama ingin merevitalisasi bundaran besar. Baik dari segi desain maupun fungsinya. Ia ingin menciptakan landmark baru dan khas yang bernuansa Kalteng di area yang disebut-sebut sebagai titik tengah-nya Indonesia tersebut.

Masalahnya, kewenangan bundaran besar masih menjadi kewenangan  pemerintah kota (Pemkot) Palangka Raya. Bagusnya, Senin lalu, dua  pucuk pimpinan telah bertemu untuk membahas bagaimana desain pembangunan bundaran besar itu nantinya.

Menurut Sugianto, bundaran tersebut harus didesain semenarik mungkin,  namun harus mengundang tokoh-tokoh Kalteng untuk ikut terlibat  musyawarah sehingga menghasilkan konsep, bahkan untuk mengubah  penamaan pun, bukan hal yang tabu.

'Untuk merehab kondisi yang ada di Bundaran Besar itu, termasuk untuk  penamaan bundaran besar, kita perlu undang tokoh-tokoh untuk mendapat  masukan dari beberapa wacana yang ada. Agar nilai budaya dan historis  juga masuk,' ucap Sugianto.

Begitu juga terkait pertanyaan, apakah konsep bangunan yang baru nanti  tetap mempertahankan 'patung' yang lama di tengah bundaran besar,  harus dipecahkan agar menuai polemik di belakang hari.  'Itu kan butuh  dana besar, jangan ada bongkar pasang nantinya, sayang anggarannya dan  kapan selesainya,' saran gubernur.

Namun Sugianto sepakat, agar konsep bundaran yang memuat jalur  'delapan arah mata angin' dipertahankan. Sebab ada banyak nilai  historis kenapa Soekarno dulu mendesain bundaran dengan tata kota  berkonsep jaring laba-laba di Kota Palangka Raya ini.

Sementara Walikota Palangka Raya Riban Satia berujar, ada yang  mengatakan delapan penjuru itu bisa melambangkan sungai besar di Kalteng. Sedangkan keinginannya mempertahankan patung pahlawan di atas air mancur di tengah bundaran, selain menyimpan nilai sejarah juga  diilhami rasa ingin menghormati karya pendahulu agar tidak dihapus  begitu saja.

'Karena itu kami ingin dipertahankan. Desain pembangunannya nanti kan  bisa saja tidak merobohkan tetapi membangun disampingnya atau  diatasnya dengan ornamen khas yang lain. Sehingga tidak melenyapkan peninggalan pendahulu yang ada itu,' katanya.

'Sementara mengenai nama, tidak ada khusus kenapa disebut bundaran  besar. Itu karena orang menyebut apa yang dilihat, bahwa bundaran itu  paling besar diantara lainnya waktu itu, satunya lagi disebut bundaran kecil. Jadi kalau dibuatkan nama, ya sah-sah saja,' imbuhnya. (RZ/*)

Berita Terbaru