Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Lima Puluh Kota Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ekowisata Sagonta Kota di Kotawaringin Timur Terus Dilestarikan

  • Oleh Rafiuddin
  • 08 Oktober 2016 - 16:15 WIB

BORNEONEWS, Kotim - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur terus berupaya melestarikan hutan Sagonta Kota di Kecamatan Baamang Sampit. Selain menjaga kelestarian flora dan fauna yang banyak ditemukan di lokasi ekowisata itu, juga diupayakan penambahan pohon-pohon dengan menanam kembali.

Pada Jumat, (7/10/2016), Pemerintah Kecamatan Baamang, Koramil, pemerintah Kelurahan, UPT Dinas Pendidikan, Pengurus DPD KNPI Kotim, kelompok tani Sagonta Kota dan beberapa unsur masyarakat melakukan penanaman pohon mahoni di hutan yang terletak di pinggir Kota Sampit itu.

'Kegiatan penanaman sekitar 500 pohon mahoni ini adalah program pemerintah Kecamatan Baamang. Selain pemerintah kecamatan juga unsur muspika serta masyarakat,' kata Ketua DPD KNPI Kotawaringin Timur, Endra Rosana, Jumat (7/10/2016).

Upaya pemerintah kecamatan beserta unsur muspika (musyawarah pimpinan kecamatan) melakukan penghijauan dengan menanam pohon mahoni di hutan wisata Kotim itu sebagai upaya mendukung program pemerintah daerah mengembangkan objek wisata Kotim. Sebab, hutan Sagonta Kota adalah satu dari sekian objek wisata andalan Kotim.

Hutan Sagonta Kota berpotensi besar dijadikan kawasan ekowisata. Kawasan ini mulai menjadi perhatian pemerintah daerah. Jalan mulai dibangun ke kawasan itu untuk memudahkan pengunjung ke sana.

Sagonta Kota lokasinya di Kelurahan Baamang Hulu Kecamatan Baamang, tidak jauh dari pusat Kota Sampit. Lokasinya terletak di pinggir Sungai Mentaya, dan selama ini memang lebih mudah diakses melalui jalur sungai menggunakan kelotok untuk mencapai lokasi.

Areal hutannya cukup luas yaitu mencapai 500 hektare, namun yang akhirnya ditetapkan menjadi kawasan ekowisata hanya sekitar 200 hektare.

Lurah Baamang Hulu, Sufiansyah mengatakan, masyarakat sudah sepakat bahwa kawasan itu tidak boleh dialihfungsikan seperti untuk perkebunan kelapa sawit, namun mereka tetap bisa mengambil hasil hutan dengan mengusung kearifan lokal yang mengutamakan kelestarian lingkungan.

'Ini merupakan aset wisata alam yang harus terus kita lestarikan, ini akan menjadi sejarah bagi anak-cucu kita kelak,' kata Sufiansyah.

Diperkirakan ada lebih dari 39 jenis tanaman dan 40 satwa yang menghuni hutan gambut tersebut. Tanaman yang mulai langka seperti pohon besi atau ulin masih bisa ditemukan di sana. Begitu pula berbagai satwa seperti biawak, beruang hingga satwa langka seperti owa-owa dan orangutan juga masih ditemukan di kawasan itu. (RAFIUDIN/N).

Berita Terbaru