Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Mengenang Bandar Kotawaringin dalam Seminar

  • Oleh Raden Aryo Wicaksono
  • 11 Oktober 2016 - 23:07 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Di masa lalu, Kotawaringin tetaplah sebagai kerajaan kecil. Kelahirannya tak lepas dari eksistensi Kerajaan Banjar. Bahkan, sebelumnya, di dalam Kitab Negarakretagama, wilayah ini disebut sebagai vasal dari Kerajaan Majapahit.

Namun, meski kecil, Kotawaringin terintegrasi dengan kebudayaan besar. Negeri yang didirikan oleh Pangeran Adipati Antakesuma, putra sultan keempat Banjar, Mustainubillah, ini bahkan wilayah yang produktif secara ekonomi.

"Ekspor Kotawaringin lebih besar dari produk impornya," kata Moh Ali Fadhilah, salah seorang pembicara dalam seminar dan dialog budaya 'Peran dan Fungsi Keraton Nusantara dalam Menghadapi Tantangan Zaman', dalam rangkaian Festival Keraton Nusantara (FKN) X, di Aula Universitas Antakusuma (Untama), Pangkalan Bun, kabupaten KOtawaringin Barat (Kobar), Selasa (11/10/2016).

Menurut doktor di bidang sejarah lulusan Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales (EHESS) Paris, Prancis, itu, Kotawaringin merupakan bandar (kota maritim). Daerah ini tumbuh karena hubungan perdagangan dengan berbagai bandar lainnya di Sumatera, Kalimantan, Batavia, dan kawasan Asia Tenggara.

"Dulu Kotawaringin adalah pengekspor teripang, juga terasi. Apakah sekarang masih seperti itu!" ujar Ali Fadhilah.

Perdaganganlah yang menghidupkan Kerajaan Kotawaringin hingga abad XIX. Lalu, berhasil memantapkan sistem nilai, sosial, birokrasi dan pemerintahannya.

Menurut Fadhilah, eksistensi sebuah keraton adalah ketika berhasil menciptakan sistem nilai (value system). Pada sistem nilai inilah seharusnya keraton di Indonesia saat ini bisa memainkan peran dan fungsinya.

Agen penyebaran agama

Senada disampaikan panelis lainnya, Choirul Fuad Yusuf, dari Balitbang Kementerian Agama. Ia mengatakan, keberadaan kesultanan-kesultanan dari masa lalu adalah sekaligus sebagai agen penyebaran nilai-nilai Islam moderat, yang seharusnya tetap bisa dimainkan oleh keraton di era masa kini.

Seminar ini mendapat sambutan luar biasa. Ratusan orang hadir, dari kalangan pelajar, hingga masyarakat umum. Seminar ini juga dihadiri Pangeran Ratu Alidin Sukma Alamsyah, Sultan XV Kotawaringin dan puluhan raja atau perwakilannya dari berbagai keraton yang mengikuti FKN X di Pangkalan Bun, sejak Minggu (9/10/2016).

Para raja pun antusias turut mengemukakan tanggapan dan pertanyaan. Banyak audiens lainnya yang bahkan tak mendapatkan kesempatan.

"Tadi enggak representatif. Sepertinya terburu-buru sekali dan akhirnya banyak pertanyaan yang dijawab simple saja," keluh Agus Setiadi, salah seorang peserta seminar.

Tempat dan sarana pendukung berlangsungnya seminar juga tidak menggambarkan bila seminar ini memiliki subtansi yang luar biasa. Ruang pendingin tidak berfungsi, plus listrik beberapa kali padam, dan jamuan panitia untuk peserta yang tidak maksimal. (Raden Ariyo/B-10)

Berita Terbaru