Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kotawaringin Barat Tunggu Koneksi Listrik Kalimantan

  • 18 Oktober 2016 - 08:10 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Sepertinya keinginan warga Kabupaten Kotawaringin Barat menikmati listrik dan keluar dari zona defisit masih belum bisa terealisasi dalam waktu dekat ini. Proyek pembangkit listrik bertenaga 2 x 100 MW di Kabupaten berjuluk Marunting Batu Aji ini masih dalam proses pelelangan. Bahkan harapan besar masyarakat Kobar itu akan sirna jika tidak ada satupun perusahaan yang berminat mengikuti lelang.

"Masih dalam proses lelang di Jakarta, padahal saya memberi rekomendasi sejak tahun lalu (Oktober 2015)," ujar Bupati  Kotawaringin Barat Bambang. Senin (17/10/2016).

Akibat masih dalam proses lelang tersebut, Pemkab Kobar saat ini belum bisa melanjutkan sejumlah tahapan lainnya seperti pengurusan izin dan lahan karena masih menunggu hasil lelang tersebut.

Bambang  berharap kepada PLN agar segera menyetujui lelang proyek tersebut karena proses pembangunan pembangkit listrik memerlukan waktu yang lama.

"Prinsipnya, kalau pihak PLN mau membangun pembangkit, kami siap beli listriknya," ujar Bambang.

Meski demikian, untuk menutupi defisit listrik, Bambang berharap sambungan 'Koneksi Kalimantan' segera masuk ke Pangkalan Bun.

"Pembangunan koneksi kalimantan (Kaltim, Kaltara, Kalsel, Kalbar dan Kalteng) sudah sampai Pangkalan Banteng, semoga segera masuk Pangkalan Bun," harapnya.

Sementara itu, terkait pembangkit listrik berkapasitas 10 MW di Kecamatan Arut Utara (Aruta) sudah memasuki tahap pembangunan. Pembangkit itu akan di proyeksikan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kecamatan Aruta.

Saat ini Kabupaten Kotawaringin Barat sedang mengalami defisit listrik sebesar 5 MW. Defisit listrik itu akibat kerusakan pada mesin pembangkit dan perawatan berkala sehingga produksi menjadi tidak optimal.

Kondisi tersebut juga diperburuk dengan terbakarnya ruang penyimpanan batubara PLTU Kumai milik PT. Eksploitasi energi Indonesa (EEI) pada 29 September 2016. (FAHRUDDIN FITRIYA/m))

Berita Terbaru