Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Pungli Kakap dan Teri

  • Oleh Yohanes S Widada
  • 26 Oktober 2016 - 22:17 WIB

TIM inspeksi mendadak (sidak) Gubernur Kalimantan Tengah di Cempaga dan Sampit Kotawaringin Timur, membuka mata dan kesadaran kita bersama.  Kita semua tersadar, bahwa ada persoalan mendasar dan sangat serius yang selama ini terjadi di depan mata dan hidung kita.

 Terminal khusus yang menjadi sasaran sidak di kawasan Sungai Cempaga, bukan fakta baru. Sudah berlangsung bertahun-tahun. Dan di kawasan itu,  ada puluhan terminal serupa. Soal kerugian, soal kerusakan,  kita yakin, kita semua tahu.  Celakanya, meski berlangsung di depan mata, kita hanya  menyaksikan, tetapi tidak 'melihat' sesuatu. Demikian pula meski berlangsung di depan hidung kita,  kita tidak bisa 'mengendus' sesuatu.

 Sesuatu itu apa Sesuatu itu adalah hal-hal yang tersembunyi. Sesuatu yang terbungkus  dan terkemas samar.  Buktinya Keberadaan terminal khusus ini oleh otoritas pemangku kepentingan,  yaitu  Kesahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Sampit dinyatakan layak dan tersertifikasi. Artinya, surat-surat, izin-izin lengkap.

 Tetapi seperti apa kenyatan di lapangan Para pejabat KSOP tidak pernah mengecek ke lapangan. Tidak pernah mengawasi praktek di lapangan. Mengapa

 Bukan hanya surat-surat dan izin-izin yang lengkap. Barangkali ada dokumen lain yang menguatkan perusahaan yang bersangkutan, yakni status  clean and clear.   Sekali lagi,  jangan-jangan perusahaan pertambangan ini sudah pula memegang status yang bersifat standar, yakni  clean and clear.

 Entah kenapa, sejak awal terminal khusus atau tersus ini memiliki sebutan lain yang berkonotasi negatif, yakni Pelabuhan Tikus.  Pelabuhan yang lokasinya di pedalaman, kerjanya sembunyi-sembunyi bahkan bongkar-muat (loading)pun di  malam hari.

 Di sinilah relevansinya, mengapa Presiden Joko Widodo bersikeras memberantas pungli. Ingat, pungli memiliki seribu wajah. Memiliki seribu bentuk dan modus.  Pungli bukan sekedar mengutip duit.  Tetapi juga menyiasasti kebijakan untuk kepentingan tersembunyi. Menyiasasi sistem untuk  tujuan-tujuan tersembunyi, baik para pelaku usaha, maupun para aktor yang ada di dalam sistem pelayanan publik.

 Sekali lagi, sidak Gubernur Sugianto Sabran membuka mata dan kesadaran kita. Dengan fakta yang ada, sebagai warga awam, kita patut curiga. Di balik terminal khusus yang sangat sembarangan dan sangat tidak layak itu pasti ada pungli.  Bahkan, adanya tongkang yang lolos berlayar tanpa dokumen,  itu mengindikasikan adanya pungli. Mengapa Karena tongkang yang mengangkut galian tambang ribuan ton itu lewat di depan pos/kantor KSOP.

 Inilah pungli kelas kakap. Pungli yang melibatkan sistem, melibatkan institusi pelayanan publik.  Dan ini jelas sangat berbeda dengan pungli kelas teri, yang dilakukan preman pinggir jalan. Yang, karena lapar mereka mengutip  kendaraan yang lewat.

 Sambil menyelam minum air. Sekali gebrak,  dua-tiga perkara terselesaikan. Itulah yang kita harapkan dari Gubernur Sugianto. Bereskan aktor-aktornya. Baik dari pihak institusi publik maupun di perusahaan.   Kerahkan polisi, kejaksaan, KPK bahkan kalau perlu tentara untuk memberantasnya. Pola dan modus seperti ini pulalah yang berlangsung di  pelabuhan, apalagi yang  disebut pelabuhan-pelabuhan  tikus itu.

Berita Terbaru