Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Cinta Damai

  • Oleh Yohanes S Widada
  • 15 November 2016 - 21:01 WIB

SEMUA  daerah melakukan apel cinta damai.  Seluruh komponen masyarakat dan unsur-unsur pimpinan daerah melakukan apel bersama pada Selasa (15/11/2016) kemarin.

Apel kali ini merupakan apel yang dirancang secara khusus, dengan pesan-pesan khusus pula.  Meski sejatinya sudah diprediksi jauh-jauh hari, tetapi eksplosi yang terjadi sungguh di luar estimasi.

Dampak penyelenggaraan pemilukada  serentak, membawa ekskalasi tersendiri. Apalagi para politisi yang belum dewasa dalam berdemokrasi,  sering  menghalalkan segala cara dalam berkompetisi.

Misalnya, memainkan isu SARA (Suku, Agama, Ras dan antar golongan). Diantaranya menjual dan memanipulasi ayat-ayat kitab suci,  mengobral isu suku, etnis,  golongan dan lainnya dengan tujuan menjatuhkan lawan politiknya.

Inilah dampak dari cara berdemokrasi yang belum dewasa.  Dan bagi Indonesia, isu demikian sangat sensitif.  Hingar-bingar yang terjadi di Jakarta, memicu keresahan yang luas di kalangan masyarakat.  Perseteruan politik antar kelompok memantik kecemasan yang menjalar ke seluruh daerah.

Itulah yang dirasakan warga.  Itu pulalah yang dirasakan oleh para pemimpin yang mengemban tugas menjaga keutuhan, kedamaian dan keharmonisan warga yang berada di seluruh pelosok republik  ini. 

Di tengah kecemasan yang mengendap di bawah permukaan itu, tiba-tiba disulut oleh  aksi-aksi teror dengan cara meledakkan bom di rumah-rumah ibadah.  Maka, lengkaplah kecemasan warga. Maka genaplah kecurigaan-kecurigaan yang bisa melahirkan butir-butir perseteruan berskala luas.

Bersyukurlah,  Gubernur Kalimantan Tengah segera tanggap.  Dan menyerulah dia agar masyarakat Kalimantan, khususnya Kalimantan tengah tetap rukun,  tenang, damai dan senantiasa menjalin silaturahim.

Selain itu, berbagai gerakan berupa apel perdamaian dilakukan di semua daerah. Para tokoh sepakat menjaga kebhinekaan, menjaga kerukunan, menjaga persaudaraan, menjaga keharmonisan.  Pendek kata,  para pemimpin, para tokoh, para pejabat, para tetua dan pemimpin adat, bersama-sama berikrar.    Mereka hendaknya bisa menjadi tokoh pemersatu.  Dan, bersama-sama sepakat bersikap cinta damai, sepakat  saling toleran, saling menguatkan sebagai warga negara, sebagai warga bangsa.

Kitapun sepakat,  menjaga keutuhan republik jauh lebih penting dibanding kepentingan politik instan dan partisan.      Menciptakan kedamaian,  kemakmuran dan kesejahteraan bersama jauh lebih penting dari pada memelihara kepentingan sempit para oportunis, para petualang yang bersikap anasionalis.  

Berita Terbaru