Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Supiori Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ekspor Rotan

  • Oleh Yohanes S Widada
  • 18 November 2016 - 21:11 WIB

TIADA rotan, akarpun jadi.  Itulah kata pepatah. Rotan digambarkan sebagai sebuah perangkat, perabot atau alat yang sangat berharga, mahal dan langka. Dan di  kala sulit, maka seseorang tidak boleh tergantung pada satu alternatif. Tidak boleh tergantung pada satu alat atau sarana.  

Kita semua, diharapkan bisa kreatif, sehingga bisa menemukan alternative  lain. Bisa menemukan substitusi, alias pengganti.  Tidak ada rotan, akarpun jadi.

Yang menjadi masalah sekarang, justru rotan tidak ada harganya,  Rotan tidak ada nilainya.  Jika ada yang sudah terlanjur panen, maka rotan dibiarkan membusuk.  Para petani rotan bukan lagi mengeluh. Malah, kini mereka sudah sampai pada stadium  putus asa.

Para pejabat pemerintah di daerah inipun tak berdaya. Tak memiliki solusi atau alternatif, bagaimana meningkatkan harga jual rotan.  Ada kesenjangan yang sangat jauh,  harga jual rotan dari petani ke tengkulak, sangat-sangat rendah.  Sementara harga jual dari pengumpul ke pabrikan di Jawa sana, sangat-sangat mahal.

Katingan dan KotawaringinTimur (Kotim),  sebagai produsen rotan dengan kualitas terbaik di dunia,  kini justru mengiba. Menangis  seraya memohon agar  mekanisme pasar rotan dihidupkan kembali.  Agar rantai pasar rotan disambung kembali. 

Mengapa diputus Nah, di sinilah persoalannya.  Selama bertahun-tahun, Katingan dan Kotim menjadi pemasok utama rotan ke China. Sedemikian besarnya volume ekspor itu, sehingga menyebabkan China menjadi negara yang memiliki deposit rotan terbesar di dunia.    

Maka, untuk menjaga keseimbangan, dihentikanlah sementara ekspor rotan mentah-batangan ke China.  Celakanya, begitu ekspor dihentikan, maka nafas petani rotan di Katingan dan Kotimpun terhenti pula.  Denyut nadi petani benar-benar mati.

Celakanya lagi, tak ada upaya menumbuhkan sektor hilir. Kerajinan dan industri rotan, tidak dipersiapkan. Satu-dua usaha kecil-menengah yang mencoba hidup, putus di tengah jalan. Industri pengolahan milik pemerintah daerah, loyo dan hilang dari peredaran. 

Kebijakan tentang industri rotan, tidak berkesinambungan. Kebijakan soal rotan, sungguh timpang. 

Berita Terbaru