Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Gunung Kidul Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Dijual ke Germo untuk Bayar Utang

  • 24 November 2016 - 09:10 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Kasih ibu sepanjang masa sepertinya tak pernah dirasakan Melati (nama samaran). Demi membayar utang sang ibu, Ia harus rela dijual ke seorang germo.

Kepada Borneonews, perempuan dengan lesung pipit di pipinya itu mengaku terpaksa merasakan getirnya menjalani hidup sebagai pekerja seks komersial (PSK) sejak belia.

Awalnya ia tidak menyadari jika maksud ibu kandungnya meminta Melati berhenti dari bangku sekolah dan menginjakkan kaki ke Pangkalan Bun untuk bekerja dengan seorang germo di lokalisasi.

"Saya sadar, saat itu ekonomi keluarga sedang sulit. Ibu meminta saya berhenti sekolah dan bekerja untuk bantu ekonomi keluarga. Tetapi tidak pernah bilang kalau disuruh menjadi PSK," ucap Melati saat ditemui di Pangkalan Bun Park, Kamis (24/11/2016).

Tiba di Pangkalan Bun, lanjut Melati, saya diajak menemui seorang kenalan ibunya, Kumbang (bukan nama sebenarnya) di salah satu tempat karaoke. Sesaat setelah ditinggalkan ibunya, ia dijelaskan cara kerja di tempat itu.

"Awalnya hanya disuruh mencampur minuman dan menemani tamu yang datang di tempat itu," bebernya.

Tiga bulan berselang si Kumbang mengajak Melati ngobrol. Isi pembicaraannya mengarahkan Melati melayani tamu di atas ranjang (sebagai PSK). Namun beberapa kali Ia menolak.

"Katanya kalau saya hanya menemani tamu karaoke, penghasilannya sedikit," katanya. "Kalau gini terus, kapan kamu bisa kirim uang ke keluargamu Ibumu itu banyak utang," ujar Melati menirukan ucapan Kumbang.

Menceritakan kondisi keluarganya, Melati menjelaskan jika saat itu ibunya tengah terlilit utang karena ayahnya (tiri) yang bekerja di sebuah bank swasta terlibat kasus korupsi dan harus mengembalikan uang perusahaan.

"Karena alasan itu saya coba anjuran Kumbang," cetusnya.

Awalnya Melati mengaku hanya menerima tawaran 'ngamar' orang-orang tertentu. "Saya pilih-pilih, Mas, kalau cocok mau," kata Melati sembari menunjukan gigi gingsul dan lesung pipit yang menambah senyumnya semakin manis.

Beberapa kali melayani tamu di tempat karaoke dan kamar hotel, menjadikan Melati semakin berani menerima tamu dari berbagai kalangan. "Kalau sekarang, siapa saja oke. Asal teng-tengnya (bayaran) cocok, tak perlu ke hotel, di barakan juga tak apa," kata Melati semakin blak-blakan.

Buka Lapak di Pangkalan Bun Park

Setelah enam tahun berada di Pangkalan Bun dan tidak lagi dibebani utang orang tuanya, kini si Melati mulai membuka lapak (PKL) di area parkir Pangkalan Bun Park.

"Sambil buka warung, menunggu ajakan karaoke dan ngamar," tuturnya.

Di lapak miliknya, Melati dibantu tiga remaja putus sekolah. Jadi, dia tidak khawatir lagi saat meninggalkan lapak untuk menerima ajakan calon tamunya. Meski hanya tiga, terkadang ada beberapa gadis yang membantunya.

"Saya hanya gaji tiga orang, yang lain hanya bantu-bantu. Soal mereka juga menjajakan diri, saya tak tahu dan itu urusan mereka," katanya.

Meski beredar kabar maraknya praktek transaksi prostitusi di Pangkalan Bun Park yang didominasi remaja belasan tahun, Ia mengaku tak merisaukannya dan tidak mau angkat bicara soal itu.

"Biarin aja, saya ada pelanggan tetap. Apapun yang dilakukan di sini (Pangkalan Bun Park), itu urusan mereka," ujar perempuan berkulit sawo matang itu.

Melati juga mengaku sering menemani tamu di berbagai tempat karaoke yang ada di Pangkalan Bun. "Di mana aja, terserah tamunya," ungkapnya. (FAHRUDDIN FITRIYA/m)

Lalu, bagaimana kisah Melati selanjutnya Baca Suratkabar BORNEO NEWS, edisi Minggu, 27 November 2016

Berita Terbaru