Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ekspor Minyak Sawit Indonesia Bakal Tembus Level Tertinggi 13 Tahun

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 22 Desember 2016 - 19:05 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Stok minyak sawit yang dipandang mencukupi telah meningkatkan potensi kinerja ekspor Indonesia akan mampu menembus level tertinggi 13 tahun pada periode November.

Ekspor sawit dan minyak inti kelapa sawit (kernel) meningkat 5,4% pada November dari Oktober menjadi 2,54 juta ton, demikian estimasi dari analis, pelaku pasar, pengilang dan eksekutif perkebunan sawit yang dirangkum Bloomberg. 

Proyeksi tersebut adalah yang tertinggi bagi ekspor minyak sawit Indonesia sejak Oktober 2015, berdasarkan data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) untuk kinerja November. 

'Meningkatnya ekspor pada November juga dipengaruhi oleh menipisnya stok di sejumlah pemain utama, seperti China dan India,' kata Derom Bangun, Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI). Ekspor bahkan bisa saja lebih tinggi lagi jika lonjakan harga tidak mampu meredam tingginya permintaan, imbuhnya.

Harga minyak sawit melonjak sekitar 25% tahun ini, terutama akibat dampak fenomena El Nino yang menganggu produksi dan mengikis cadangan di kawasan Asia Tenggara. Impor China dari Malaysia naik 16% pada November dibandingkan bulan sebelumnya. Stok minyak sawit Malaysia bahkan anjlok hingga lebih dari 60% tahun ini.

Sementara itu, harga minyak sawit untuk kontrak Maret naik 0,5% menjadi RM3.108 per ton pada sesi pertama perdagangan di Bursa Malaysia Derivatives, Kamis. Bulan lalu, harga futures minyak sawit tumbuh 11%, kenaikan tertinggi sejak September 2015.

Sedangkan produksi minyak sawit Indonesia diproyeksi turun 4,8% menjadi 3,38 juta ton pada November dibandingkan bulan sebelumnya. Untuk stok turun 1,4% menjadi 2,15 juta ton, demikian hasil survei terbaru.

'Produksi biasanya tinggi pada September dan Oktober dan turun tipis pada November,' ucap Derom Bangun.

Pasokan dari produsen di kasawan Sumatera tidak stabil, yang diperkirakan masih sebagai dampak dari cuaca buruk sejak tahun lalu. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru