Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Warga Mulai Tinggalkan Angkutan Sungai

  • Oleh Koko Sulistyo
  • 02 Januari 2017 - 14:57 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun : Angkutan sungai (getek) pada dekade 80 an sempat menjadi primadona warga di Kelurahan Mendawai Seberang dan Raja Seberang. Namun saat ini, perlahan tapi pasti angkutan tradisional warga bantaran Sungai Arut itu sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat.

Kejayaan getek pernah dirasakan oleh Mahan, tukang getek yang mangkal di RT 02, Kelurahan Raja Seberang. Profesi yang digelutinya sejak 1989 ini sudah memberikan banyak hasil, di antaranya rumah besar yang sebentar lagi akan ditempatinya bersama keluarganya, dan pendidikan anak-anaknya.

Ia menceritakan, pada dekade itu tarif angkutan sungai terbilang murah. Untuk menyeberangkan warga sejauh 50 meter penumpang cukup merogoh kantong sebesar Rp500. Namun jangan ditanya penghasilannya. Pada zaman itu, mereka bisa membawa pulang antara Rp100 ribu hingga Rp150 ribu, padahal jumlah tukang getek yang tersebar di Mendawai Seberang dan Raja Seberang mencapai ratusan.

Berbanding terbalik dengan saat ini. Sejak akses jalan warga menuju Kota Pangkalan Bun terbuka lima tahun lalu, penghasilan para tukang getek menurun drastis. Untuk menyiasati biaya operasional, tukang getek menaikkan tarif secara perlahan dari Rp1.000 hingga mencapai Rp2.000.

"Saya biasanya sejak subuh sudah mulai menggetek, tapi sampai sore paling banyak Rp70 ribu yang saya bawa pulang, tidak ada bandingannya dengan dulu," kata Mahan di Pangkalan Getek, Raja Seberang, Senin (2/1/2017).

Agus, tukang getek lainnya mengatakan, berkurangnya warga yang memanfaatkan getek sebagai sarana transportasi sungai karena masyarakat lebih memilih bepergian menggunakan kendaraan roda dua. Selain itu juga keberadaan pasar yang saat ini dipindahkan juga menjadi penyebab menurunnya penghasilan mereka.

"Sulit sekarang ini, imbasnya jumlah tukang getek juga berkurang signifikan, dulu kami masih mengandalkan profesi tukang getek sebagai mata pencaharian utama, sekarang sudah tidak bisa lagi," timpal Agus. (KOKO SULISTYO/B-2)

Berita Terbaru