Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ini Alasan Pedagang Pilih Ambil Durian dari Kalbar Dibandingkan dari Desa Lamandau

  • Oleh Hendi Nurfalah
  • 10 Januari 2017 - 16:57 WIB

BORNEONEWS, Nanga Bulik - Musim durian di Nanga Bulik ibukota Lamandau tiba, yang ditandai dengan maraknya penjual durian musiman di kanan-kiri ruas jalan protokol. 

Namun demikian, ada yang cukup menggelikan dengan fenomena musim durian seperti yang sedang terjadi saat ini, khususnya di Lamandau. Terkenal dengan hutannya yang sangat luas, masih rimba dan syarat dengan aneka buah alami halnya durian, di Nanga Bulik Lamandau justru dibanjiri buah durian dari Kalimantan Barat (Kalbar).

Ssetiap penjual musiman ditanya, jawaban mereka selalu serasi, yakni menyetok dan menampung buah durian dari Kalbar, untuk dijual di Nanga Bulik.

"Ini durian (dari) Kalbar. Kita beli dengan menyetok dan langsung memasarkannya di sini (Nanga Bulik). Rata-rata penjual lain pun sama (menyetok dari Kalbar)," kata Rusmini, penjual durian di Jalan Batu Batanggui, Selasa (10/1/2017).

Bu Mini begitu dia dipanggil, mengaku kurang tahu alasan kenapa justru durian Kalbar yang banyak dijual di Nanga Bulik. Padahal dirinya tahu betul jika di sejumlah daerah Lamandau, buah durian ini mudah didapat.

"Kalau yang saya rasakan itu, buah (durian) dari Kalbar ini sangat mudah didapat, akses jalannya kan sudah enak, mulus. Berbeda jika menyetok dari desa-desa di Lamandau yang masih jarang ada angkutan, akses jalannyapun masih sulit, sehingga kurang lancar (pengirimannya)," tutur dia.

Dirinya juga menyebut, secara umum untuk hal jenis buah maupun kualitas rasa, durian Kalbar dan durian Lamandau hampir tidak ada bedanya.

"Kalau menurut saya bukan masalah durian Lamandau kalah rasa (dengan durian Kalbar), hanya masalah stok-nya saja kalau yang dari Kalbar ini sangat mudah didapat, jangankan di Nanga Bulik, teman saya justru banyak yang langsung nyetok dari Kalbar untuk dijual di Pangkalan Bun," kata dia.

Sementara itu, ibu tiga anak ini juga mengaku bahwa umumnya penjual durian di Nanga Bulik ini menyetok atau membeli buah dari pengepul (tangan kedua) dengan sistem borongan. Misalnya satu pikap atau truk untuk setiap pemesanan.

Untuk kemudian dijual, katanya, dirinya terlebih dulu menyortir buah yang dibeli dari pengepul tersebut sesuai dengan besaran buah dan jenisnya, itu pula yang menyebabkan harga jual buahnya tidak sama.

"Kalau yang besar, bisa kita jual Rp45-50 ribu per buah, untuk yang kecil biasa kita jual Rp25 ribu per buah atau Rp100 ribu per lima buah," tukasnya. (HENDI NURFALAH/B-11)

Berita Terbaru