BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Seiring bertambahnya jumlah penduduk di dunia, maka permintaan terhadap komoditas pangan, termasuk minyak sawit, di pasar global terus meningkat setiap tahun.

"Namun, peningkatan permintaan itu harus diimbangi dengan produksi dan penambahan luas lahan agar produksi minyak sawit dapat terus meningkat dalam memenuhi permintaan pasar," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono, kepada pers di Jakarta, Senin (16/1/2017).

Komoditas sawit, kata Joko, merupakan penyumbang devisa terbesar bagi negara dan salah satu sektor yang memberikan dampak ekonomi besar kepada masyarakat maupun daerah. Pasar sawit Indonesia untuk dunia mencapai 45%, imbuhnya.

Joko juga menilai, pengembangan sawit Indonesia harus dilihat secara positif dan harus mendapat dukungan dari semua pihak, bukan dilihat dengan sisi negatif yang kerap diidentikkan dengan kelapa sawit oleh sejumlah pihak.

"Ada pihak-pihak yang menginginkan sawit Indonesia itu tidak berkembang dengan melancarkan berbagai isu terkait kerusakan lingkungan, padahal itu tidak benar," papar dia.

Pengembangan kelapa sawit, lanjut Joko, tidak merusak lingkungan sebab setiap perusahaan yang akan mengembangkan usahanya tidak boleh menanam kelapa sawit di daerah kawasan hutan.

"Kelapa sawit tidak akan merusak hutan dan perusahaan akan melakukan pengembangan lahan apabila sudah mendapat izin pelepasan kawasan hutan," ujar Joko.

Joko menambahkan, pihaknya siap memberikan berbagai pemahaman dan kajian terkini kepada semua pihak dalam memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap pengembangan kelapa sawit di Tanah Air. (NEDELYA RAMADHANI/m)