Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kampanye Negatif Sawit Jadi 'Mainan' Media

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 24 Januari 2017 - 13:50 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Sudah bukan rahasia lagi jika industri kelapa sawit yang didominasi Indonesia dan Malaysia menjadi 'bulan-bulanan' pihak Barat, mulai dari lembaga pemerintah hingga media massa.

Tujuannya jelas, yakni Barat tak ingin pasar minyak nabati di Benua Biru dan Amerika yang mengandalkan minyak kedelai, minyak bunga matahari atau minyak zaitun, dikuasai oleh komoditas asal negara berkembang, yaitu sawit.

Jika boleh jujur, sebenarnya banyak produk olahan yang beredar di pasar Eropa dan Amerika menggunakan bahan campuran sawit. Contoh terkini adalah selai hazelnut dan cokelat merek Nutella buatan produsen asal Italia, Ferrero. Ferrero bahkan telah menjelaskan bahwa proses pengolahan selai Nutella sudah melalui standar yang diakui EFSA, yaitu badan pengawas keamanan makanan Eropa. Dengan demikian, apa yang ditudingkan EFSA bahwa Nutella mengandung senyawa pemicu kanker, sama saja dengan menelan ludah sendiri.

CEO Malaysian Palm Oil Council (MPOC) Dr Kalyana Sundram, seperti dikutip New Straits Times, Selasa (24/1/2017), mengatakan industri minyak sawit hanya akan sukses jika konsumen percaya bahwa produk yang beri adalah sehat, aman dan ramah lingkungan dalam pengolahnnya.

'Minyak sawit yang kami jual ke sejumlah negara di dunia sudah menjalani serangkaian proses yang mengacu pada standar mutu dan keamanan," kata Kalyana.

Dengan bercermin pada hasil temuan bahwa semua minyak nabati mengandung kontaminan, MPOC akan melakukan langkah untuk mengurangi kadar senyawa kimia glycidyl fatty acid esters (GE) dan 3-monochloropropanediol (3-MCPD), yang dituding sebagai pemicu kanker.

Selain itu, katanya, industri sawit juga akan lebih aktif bekerjasama dengan Fediol, asosiasi industri minyak nabati dan makanan berprotein nabati Uni Eropa, untuk mengurangi kadar kontaminan karsinogenik di dalam minyak sawit.

'Dalam jangka pendek, minyak sawit yang diproduksi di Malaysia akan bebas dari kontaminan ini. Dan patut diingat bahwa kontaminan ini juga ditemukan pada seluruh jenis minyak nabati. Industri makanan harus memandang masalah ini dengan sangat serius,' ucapnya.

Kalyana juga mengatakan pihaknya juga prihatin dengan EFSA yang tidak melakukan klarifikasi dulu terkait informasi salah yang beredar di masyarakat saat ini terkait keamanan makanan yang mengandung sawit.

Celakanya, kesalahan informasi itu diserap media tanpa harus meminta konfirmasi atau melakukan kajian hasil studi terlebih dahulu sebelum menayangkan artikel atau berita yang menyudutkan industri sawit.

Ia meminta masyarakat untuk menghubungi para ahli di Malaysian Palm Oil Board (MPOB) dan juga MPOC untuk mendapatkan informasi dan data yang benar. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru