Software Monitoring dan Evaluasi Pemenangan Pilkada 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Bendung Danau Gatal

  • Oleh Yohanes S Widada
  • 26 Januari 2017 - 20:30 WIB

DANAU Gatal. Nama danau ini mengundang pertanyaan. Apa sebab danau ini disebut Danau Gatal Apakah airnya mengandung racun atau terkontaminasi dengan limbah, sehingga jika warga mandi di danau tersebut akan menderita penyakit gatal

Danau yang berada di Kecamatan Kotawaringin Lama Kabupaten Kotawaringin Barat ini tiba-tiba saja mencuat. Sebagaimana diberitakan, tahun ini, Dinas PU Kotawaringin Barat berencana membuat bendungan. Tujuannya, agar danau tersebut tidak ikut kering jika air Sungai Lamandau surut di musim kemarau.

Kembali ke pertanyaan, benarkah air danau tersebut mengakibatkan gatal-gatal Tentu saja tidak. Danau tersebut dikenal sebagai Danau Gatal karena di sekitar danau tersebut sejak dahulu kala, banyak terdapat pohon Rengas, yang getahnya memang menimbulkan gatal-gatal di kulit manusia.

Kita patut bersyukur jika Dinas PU berniat membangun bendungan, yang tujuannya menjaga air danau ini tetap utuh dan penuh. Mengapa Karena langkah tersebut bisa dianggap sebagai langkah melestarikan danau yang nyaris terlupakan tersebut.

Tidak banyak yang tahu, bahwa danau tersebut sejatinya merupakan situs budaya. Tidak banyak yang tahu bahwa danau tersebut menyimpan sejarah penting bagi Negeri Kotawaringin yang berjaya pada abad XVII hingga abad XIX. Tidak banyak yang menyimak bahwa di pulau yang ada di tengah danau ini dahulu kala berdiri sebuah pesantren yang sangat terkenal di Kotawaringin.

Meski bangunan monumental yang ada di tengah danau sudah hilang, tetapi danau tersebut masih menyimpan nilai-nilai arkeologis dan historis. Nama Pesantren Rangga Santrek bukan hanya legendaris, tetapi juga magis.

Itulah sebabnya, hingga saat ini, Danau Gatal tercatat sebagai situs budaya. Yang keberadaannya dilindungi Undang-undang.

Tetapi jujur harus kita akui, tak ada yang peduli. Danau yang seharusnya kita jaga, kita pelihara, tetapi hari demi hari justru tergerus oleh okupasi. Para penggarap tak peduli bahwa ada garis sepadan pantai (danau) yang harus dihormati. Danau yang semula dikelilingi hutan, kini telah berubah. Hutannya musnah. Luasnyapun dari hari ke hari susut . Karena pendangkalan, karena penjarahan.

Bahkan, danau yang sejatinya menyimpan keanekaragaman hayati, tetapi justru terabaikan. Danau yang mestinya menjadi kawasan konservasi, tetapi justru dijahili.

Melalui Dinas PU Kotawaringin Barat kita bisa titip pesan. Situs budaya ini hendaknya bisa dipertahankan. Melalui Dinas PU, kita berharap agar seluruh pemangku kepentingan tergugah untuk turun tangan! (*)

*) Edisi cetak editorial ini bisa dibaca di Harian Palangka Post.

Berita Terbaru