Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

GAPKI: Penurunan Produksi Minyak Sawit Lebih Baik dari Perkiraan

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 02 Februari 2017 - 11:46 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Realisasi produksi minyak sawit nasional tahun lalu mencapai 34,5 juta ton atau turun 3% dari 2015 sebesar 35,5 juta ton akibat fenomena El Nino yang melanda Indonesia pada 2015.

"Penurunan produksi tahun lalu tidak separah yang dikhawatirkan. Para pengusaha sebelumnya memprediksi produksi minyak sawit 2016 anjlok 15% hingga 30%," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono kepada pers di Jakarta, Kamis (2/2/2017).

Meski El Nino melanda Indonesia pada 2015, menurut Joko, dampaknya masih terjadi hingga tahun lalu. Terbukti, produksi minyak sawit nasional terkoreksi menjadi 34,5 juta ton, yakni 31,5 juta ton minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan 3 juta ton minyak kernel atau palm kernel oil (PKO).

"Berdasarkan data yang diolah GAPKI, produksi CPO tahun lalu hanya mampu mencapai 31,5 juta ton dan PKO 3 juta ton. Total produksi minyak sawit Indonesia tahun lalu sebesar 34,5 juta ton, pada 2015 sebesar 35,5 juta ton, yang terdiri 32,5 juta ton CPO dan PKO 3 juta ton," papar dia.

Untuk kinerja ekspor, lanjut Joko, ada penurunan sekitar 5%, yakni dari 26,4 juta ton pada 2015 menjadi 25,1 juta ton pada tahun lalu. Angka ekspor itu hanya menghitung minyak sawit, tidak termasuk cangkang dan kernel expeller.

"Penurunan ekspor terjadi karena permintaan pasar global yang melemah hampir di semua negara tujuan ekspor. Ditambah penggunaan CPO untuk program mandatori bahan bakar nabati (B20) yang telah berjalan secara konsisten," ujar Joko.

Joko menambahkan, pada tahun lalu, hampir semua negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia mengalami penurunan permintaan, kecuali Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Uni Eropa.

"AS mencatatkan peningkatan impor minyak sawit dari Indonesia yang signifikan, sebesar 43% atau dari 758,55 ribu ton pada 2015 menjadi 1,08 juta ton pada 2016. Peningkatan permintaan minyak sawit itu karena adanya perubahan pola penggunaan minyak nabati sejak diterapkannya larangan penggunaan trans fat (lemak trans) dalam produk makanan oleh Badan Administrasi Obat dan Makanan AS (FDA) sejak Juni 2015. Minyak sawit menjadi pilihan sebagai minyak pengganti karena tidak mengandung lemak trans," tuturnya. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru