BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Pemberantasan penambangan liar yang beroperasi di Sungai Sekonyer, Kotawaringin Barat (Kobar), maupun di dalam kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) akan dilaksanakan secara masif. Bukan hanya melibatkan unsur TNI, warga desa, mitra kerja dan para pelaku wisata di TNTP saja. Namun juga akan melibatkan Direktorat Jenderal (Dirjen) Penegakan Hukum (Gakkum) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KemenLHK).

Kepala Balai TNTP, Helmy menegaskan, aktivitas tambang yang kian marak di Sungai Sekonyer Kecamatan Kumai, Kobar, tidak bisa ditoleransi lagi. Pasalnya, aktivitas tambang tersebut sudah merangsek hingga ke beberapa titik di zona inti TNTP. Sehingga, dalam pemberantasan tambang ini pihaknya akan lebih represif. Alias tak segan-segan lagi untuk bertindak keras terhadap para penambang. Bahkan menggunakan senjata api.

Sikap tersebut, dilatari oleh perilaku para penambang yang semakin berani dan tak malu-malu lagi dalam beraktivitas. Dalam beberapa kesempatan, para petugas Balai TNTP dilaporkan mengalami atau mendapat intimidasi dari para penambang. Untuk itu, dalam waktu dekat pihaknya akan segera membawa persoalan terkait tambang ilegal tersebut ke pusat.

"Sudah tidak bisa lagi secara persuasif. Memang harus ada solusi untuk para penambang. Tapi aktivitas tambang itu juga tidak bisa dibiarkan. Harus terus ditangani. Dan ini sudah mulai berjalan. Kemarin kita sudah komunikasi dan laporkan soal tambang liar ini ke Gakkum (dirjen)," terang Helmy, Selasa (1/2/17).

Dalam pekan ini, lanjut Helmy, pihaknya akan segera terbang ke Jakarta, ke KemenLHK, untuk membicarakan lebih lanjut sikap yang akan diambil untuk memberantas tambang di dalam Kawasank TNTP maupun di Sungai sekonyer. Tidak menutup kemungkinan, nantinya akan ada mobilisasi personel dari Dirjen Gakkum ke TNTP untuk melaksanakan penegakan hukum lingkungan hidup, maupun pengamanan kawasan TNTP.

"Makanya dalam pekan ini juga saya akan ke Kementerian untuk membahas masalah ini. Selain tambang kita juga akan membicarakan soal kebakaran hutan tahun 2015 kemarin." (RADEN ARIYO/B-2)