Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ada Kartel Cabai di Sampit

  • Oleh M. Muchlas Roziqin
  • 03 Februari 2017 - 16:17 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya - Harga komoditas cabai rawit di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (Kalteng) bertahan tinggi dan lebih lambat turun dibanding kota lainnya di Kalteng.

Kondisi itu mengundang spekulasi adanya permainan terorganisir atau kartel cabai di Kota Mentaya tersebut. Dugaan muncul, karena di kabupaten yang dipimpin Supian Hadi tersebut, harga cabe seolah 'ditahan' supaya tidak lekas turun. Padahal daerah lainnya seperti Palangka Raya, sudah mengalami penurunan harga sejak bulan lalu.

Kasak-kusuk itu muncul saat digelar pertemuan bulanan di sekretariar tim pengendali inflasi daerah (TPID), ruang rapat asisten Setda Kalteng, Kamis (2/2/2017). Kala itu, Kepala bidang (Kabid) Statistik Distribusi pada badan pusat statistik (BPS) Kalteng, Bambang Supriono mengungkap peran pihaknya memotret pergerakan 340 jenis komoditas pemicu inflasi. Dalam sebulan terakhir pihaknya menemukan sulitnya harga cabai di Kotim untuk turun.

"Seolah ada kartel disana, ini sulit dipungkiri. Ketika memotret pergerakan harga, disana memang lamban turunnya dibanding harga cabai di Kota Palangka Raya ini," ungkap Bambang.

Ia berharap, penaikan harga cabai dan termasuk komoditas lainnya, tidak karena permainan kartel. Sebab jika demikian,akan lebih menyulitkan dalam upaya menjaga kestabilan harga yang dilakukan pemerintah. Kedua, ia berharap ada keseimbangan antara ketersediaan pasokan dengan jumlah permintaan pasar.

Seperti diberitakan, harga komoditas cabai rawit di Kota Sampit 'awet pedasnya'. Ia termasuk lambat turun dibanding harga di kota lainnya termasuk Kota Palangka Raya, yang sama-sama sebagai kota tolok ukur inflasi. Karena 'awet pedas' itulah, menempatkan sebagai komoditas utama pemicu inflasi di kota tersebut pada Januari 2017. Di Sampit, Cabai Rawit yang menjadi komoditas teratas pemicu Inflasi dengan andil 0,40%. (M ROZIQIN/B-8)

Berita Terbaru