Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Peralatannya Dihancurkan, Penambang Liar TNTP Nekat Beroperasi Lagi

  • Oleh Raden Aryo Wicaksono
  • 07 Februari 2017 - 21:00 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Aktivitas pertambangan liar di Sungai Sekonyer, dalam kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), terbilang nekat. Sebab, meski mesin dan alat tambangnya dihancurkan dan dibersihkan pada operasi 17-26 Januari lalu, mereka masih berani menambang kembali ke lokasi tersebut.

Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) I, Balai TNTP, Saut Manalu mengungkapkan, dalam operasi tambang tahap kedua, 1-6 Februari kemarin, pihaknya menemukan puluhan pondok penambang dan belasan mesin tambang di daerah Sungai Kulat dan Tempukung II. Tim gabungan juga mendapati adanya aktivitas tambang liar yang masih beroperasi di lokasi operasi tambang tahap pertama, yakni Tempukung I.

"Ada beberapa pondok baru lagi yang berdiri di lokasi operasi tambang yang kita datangi sebelumnya. Belum tahu, apakah itu penambang yang sama atau penambang lain. Karena belum tertangkap. Tapi sepertinya mereka tidak ada takutnya. Padahal, pada operasi sebelumnya mesin dan alat tambang yang ditemukan sudah dihancurkan oleh tim gabungan," kata Saut Manalu, Selasa (7/2/17).

Menurutnya, bisa jadi para penambang menganggap tim gabungan tidak akan kembali ke lokasi tersebut, sehingga mereka berani kembali melakukan aksi tambang liarnya. Saut menegaskan, tambang liar di dalam kawasan TNTP, akan benar-benar dibersihkan hingga tuntas. Bila perlu, operasi tambang oleh tim gabungan ini akan dilakukan secara rutin sepanjang tahun.

Field Director Orangutan Foundation International (OFI), Fajar Dewanto menambahkan, berasarkan informasi yang terhimpun dari sejumlah mantan penambang, untuk menjalankan operasinya, para penambang liar membutuhkan modal yang cukup besar. Pasalnya, khusus untuk membeli membeli mesin dan memodifikasinya sebagai alat tambang, para penambang harus mengeluarkan dana kurang lebih Rp3 juta per unitnya.

"Belum lain-lainnya. Seperti selang, terpal dan makanan. Makanya dalam tiap kali operasi, walaupun tidak berhasil menangkap para penambang. Tapi mesin dan alat tambang serta pondok-pondok milik para penambang itu kita hancurkan. Supaya tidak bisa digunakan lagi dan kapok. Tapi heran juga, kok sepertinya mereka enggak ada kapoknya. Apakah ada bos yang memodalinyam kita tidak tah," kata Fajar, Selasa (7/2/17).

Dalam operasi tim gabungan 1-6 Februari 2017, para penambang liar bahkan diketahui membawa senjata api. Hampir saja terjadi baku tembak sebelum mereka melarikan diri. (RADEN ARIYO/B-10)

Berita Terbaru