Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Faktor Penggerak Harga Minyak Sawit Jumat (24/2/2017)

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 24 Februari 2017 - 10:16 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Harga minyak sawit telah menyentuh level terendah dalam empat bulan. Hal itu disebabkan harga terus merosot selama lima sesi dari enam sesi perdagangan terakhir.

Sentimen pelemahan itu sepertinya masih akan menjadi katalis negatif pada perdagangan di bursa komoditas Malaysia, Jumat (24/2/2017). Estimasi itu diperkuat dengan melemahnya harga minyak nabati pesaing minyak sawit di bursa komoditas AS, Tiongkok dan India, kata sejumlah analis yang dikutip Reuters.

Futures minyak sawit untuk kontrak Mei, 1FCPOc3, di Bursa Malaysia Derivatives Exchange merosot 1 persen menjadi 2.782 ringgit ($625,59) per ton pada penutupan perdagangan Kamis. Pada sesi kedua perdagangan, harga minyak sawit sempat jatuh ke level 2.743 ringgit, yang merupakan level terendah sejak 4 November.

Futures kedelai di bursa AS jatuh ke level terendah enam pekan, Kamis (23/2/2017), karena ekspektasi panan raya di Amerika Selatan dan perluasan lahan tanaman kedelai di AS pada sekitar Maret mendatang.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi pergerakan harga minyak sawit dan komoditas pangan lainnya adalah harga minyak mentah dunia. * Oil prices rose on Thursday but gains were pared after U.S. government data showed a seventh straight build in crude stocks, suggesting high inventories could undermine OPEC's move to cut output.

Pada perdagangan Kamis, harga minyak mentah mencetak penutupan tertinggi sejak Juli 2015, berkat dukungan data cadangan minyak mentah yang lebih rendah dari perkiraan.

Di New York Mercantile Exchange, minyak mentah West Texas Intermediate naik 86 sen, atau 1,6%, menjadi $54,45 per barrel. Untuk minyak mentah Brent menguat 74 sen, atau 1,3%, menjadi $56,58 per barrel.

Energy Information Administration mengumumkan bahwa cadangan minyak mentah AS naik 600.000 barrel pada pekan yang berakhir pada 17 Februari.

Sementara analis yang disurvei The Wall Street Journal memperkirakan rata-rata kenaikan sebesar 3,4 juta barrel. Sedangkan American Petroleum Institute menghentikan cadangan minyak mentah AS turun 884.000 barrel. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru