Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Nias Utara Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ini yang Bikin Harga Minyak Sawit Sulit Beranjak Naik

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 24 Februari 2017 - 11:10 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Perkiraan analis Reuters, Wang Tao, bahwa harga minyak sawit pada perdagangan akhir pekan ini akan terus melemah dari sesi sebelumnya, sepertinya akan terbukti.

Hal itu terlihat dari terus menguatnya kurs ringgit Malaysia pada sesi pertama perdagangan Jumat (24/2/2017), seiring dengan melemahnya dolar AS menyusul memudarnya kredibilitas Presiden AS Donald Trump yang tak kunjung meluncurkan kebijakan fiskalnya.

Dolar AS berakhir melemah terhadap mata uang utama dunia, Kamis (23/2/2017), di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai apakah pemerintahan Donald Trump sepenuhnya akan menerapkan kebijakan ekonominya atau tidak.

Para analis mengatakan, tampaknya ada sedikit kemajuan dalam reformasi pajak dan belanja publik yang telah dijanjikan Trump awal bulan ini, yang kemudian memperlemah sentimen pasar dan membatasi penguatan dolar.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,16 persen menjadi 101,060 pada akhir perdagangan Kamis.

Berdasarkan data Bernama, pada pukul 9.15 waktu Malaysia, ringgit diperdagangkan di level 4,4450/4500 per dolar AS, dari 4,4470/4510 pada sesi sebelumnya.

Menurut pelaku pasar di Kuala Lumpur, menguatnya ringgit Malaysia merupakan sentimen negatif bagi harga minyak sawit yang terus melemah dalam beberapa sesi perdagangan terakhir. Minyak sawit yang berdenominasi ringgit, akan kurang menarik bagi pemegang mata uang asing jika ringgit menguat.

Futures minyak sawit untuk kontrak Mei, 1FCPOc3, di Bursa Malaysia Derivatives Exchange merosot 1 persen menjadi 2.782 ringgit ($625,59) per ton pada penutupan perdagangan Kamis. Pada sesi kedua perdagangan, harga minyak sawit sempat jatuh ke level 2.743 ringgit, yang merupakan level terendah sejak 4 November.

Wang Tao mengatakan minyak sawit mungkin akan menguji level support 2.750 ringgit per ton, dan jika menembus di bawah level tersebut akan membuat harga menguji level support berikutnya di 2.703 ringgit. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru