Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Mamuju Tengah Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Harga Cabai Jadi Bahasan Utama Tim Pengendali Inflasi Daerah

  • Oleh M. Muchlas Roziqin
  • 02 Maret 2017 - 16:50 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya ' Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalimantan tengah (Kalteng) membahas kondisi perekonomian daerah, khususnya pergerakan inflasi.

Persoalan masih tingginya harga cabai rawit, menjadi topik bahasan utama dalam pertemuan bulanan yang berlangsung di ruang rapat Asisten Setda Kalteng tersebut, Kamis (2/3/2017). Persoalan serupa juga dibahas pada rapat TIPD bulan lalu.

Cabai rawit bukan lagi menjadi urutan pertama ataupun tiga besar komoditas pemicu inflasi pada bulan ini. Tetapi harga di lapangan, hasil pantauan petugas dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalteng, ternyata masih tinggi.

'Komoditi cabai rawit di urutan keempat sebagai andil inflasi dan hanya menyumbang 0,06 persen di Kota Palangka Raya. Tetapi fakta di lapangan, harganya masih tinggi. Di Sampit, cabai rawit berada di urutan kelima dengan andil 0,05 persen,' kata Sekretaris TPID yang juga Kepala Bagian Bina Sarana Perekonomian Setda Kalteng, Suryadi.

Ia mengatakan, masih mahalnya harga cabai rawit antara lain disebabkan jumlah pasokan tidak banyak, demikian pula dengan jumlah diproduksi di Kalteng. Angka kebutuhan masyarakat dilaporkan masih jauh dari jumlah ketersediaan di pasaran, sehingga harus mendatangkan pasokan dari luar daerah.

'Angka luas panen kita untuk cabai rawit ini hanya 227 hektarer dengan produksi sekitar 127 ton. Ini masih kurang. Dan bersyukurnya, masyakat lokal Kalteng tidak terlalu menomorsatukan kebutuhan cabai ini, lain halnya dengan beras. Sehingga tidak terlalu gejolak bila dilihat dari angka inflasi ini,' tutur dia.

Deputi Perwakilan Bank Indonesia Kalteng bidang Ekonomi dan Moneter, Setian, yang merupakan bagian dari TPID Kalteng, mengamini bahwa harga cabai rawit di pasaran masih tinggi. Ia berjanji akan menelusuri 'benang kusut' yang menyebabkan harga cabai susah turun.

'Pantauan di Pasar Besar, itu dari harga 170 ribu per kilogram turun menjadi 160 ribu per kilogram, dan di Pasar Kahayan dari Rp180 ribu per kilogram menjadi 170 ribu per kilogram. Jadi memang ada perbedaan harga di pasar,' ungkapnya. (ROZIQIN/B-3)

Berita Terbaru