Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Membrano Raya Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Bisnis Iwak Wadi Olahan Yussie Berawal dari Facebook

  • Oleh Noor Annisa
  • 25 Maret 2017 - 19:32 WIB

BORNEONEWS, Sampit - Yussie Kemikson Tarung tak menyangka, postingan foto iwak wadi di jejaring media sosialnya mampu menggugah selera yang melihat. Dari situlah, asal muasal Yussie menjalani usaha produksi iwak wadi yang dipasarkannya hingga ke luar daerah. 

"Awalnya iwak wadi, saya buatkan untuk teman saja. Kemudian saya posting ke facebook. Ternyata banyak yang meminta, akhirnya jadi usaha seperti sekarang ini," ujar Yussie mengawali ceritanya saat dibincangi borneonews.co.id di kediamannya, Sabtu (25/3/2017).

Dalam perjalanannya, usaha yang digeluti Yussie sejak 2016 lalu itu mulai banjir pesaran. Saat ini, dalam satu minggunya, olahan iwak wadi Yussie mencapai lebih dari 50 kilogram dengan bermacam jenis ikan yang diolah. Seperti ikan gabus (haruan), ikan sepat, papuyu, patin dan jelawat. 

"Kalau patin itu Rp70 ribu per kilogramnya, jelawat Rp100 ribu. Yang paling mahal ikan pipih Rp140 ribu per kilonya," kata Yussie.

Sedangkan untuk pengemasan, iwak wadi dibungkus rapat dan divakum dalam plastik. Agar ketika dikirim tidak mengeluarkan bau, karena iwak wadi sendiri memiliki bau yang khas.

Menurutt Yussie, sampai saat ini iwak wadi produksi rumahannya sudah ke banyak daerah. Tidak hanya di Kalimantan Saja, tetapi ada yang sudah sampai Pulau Jawa.

"Di Kalimantan khususnya yang paling konsumtif daerah Palangka Raya. Kalau di luar Kalteng itu sudah sampai Kupang, Banyuwangi, Manado, Medan, Jayapura, Bekasi, Bandung, dan Banjarmasin," pungkasnya. (NOOR ANNISA/B-11)

Berita Terbaru