Aplikasi Pilwali (Pemilihan Walikota) Kota Pasuruan Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Tradisi Mangenta, Budaya Suku Dayak yang Memudar

  • Oleh Noor Annisa
  • 04 April 2017 - 16:02 WIB

BORNEONEWS, Sampit - Suku Dayak memang selalu menawarkan kisah yang seakan tidak pernah habis. Namun sayang, banyak tradisi khas Kalimantan kian tergerus zaman. Mangenta, salah satu tradisi yang memudar.

Di Kalimantan Tengah, khususnya Kotawaringin Timur (Kotim) semakin jarang dilakukan mangenta atau memasak makanan tradisional masyarakat Dayak.

"Dulu kerap dibuat nenek moyang Dayak sebagai ungkapan rasa syukur usai memanen padi. Padi yang digunakan pun yakni padi yang masih muda berwarna hijau kekuningan," Kata Koordinator Pelaksana Lomba Mangenta Festival Budaya Habaring Hurung (FBHH) Agus Sanang di sela lomba mangenta, Selasa (4/4/2017).

Setelah itu, beras disangrai dengan tungku di atas kayu bakar hingga matang. Apabila matang padi akan meletup dan terpisah dari kulitnya menjadi beras. Selanjutnya, beras ditumbuk dengan kayu ulin.

Kemudian, beras dibersihkan dari kotoran yang masih tertinggal dan siap dihidangkan bersama air hangat, gula pasir, gula merah, dan parutan kelapa muda.

Koordinator sekaligus keturunan suku dayak, Agus menuturkan, saat ini tradisi mangenta mulai ditinggalkan sebab wara juga sudah jarang bertani padi.

"Sebenarnya orangtua itu tahu, namun yang bertani sekarang sudah sedikit, penduduk lokal juga jarang yang bertani, sedangkan tradisi mangenta merupakan khas lokal suku Dayak," pungkasnya. (NOOR ANNISA/B-5)

Berita Terbaru