BORNEONEWS, Sampit - Razia yang dilakukan Polres Kotim secara tidak langsung menghentikan aktivitas galian C di sejumlah tempat, seperti Jalan Jenderal Sudirman Sampit. Ini dikhawatirkan akan menghambat pembangunan di Kotim.

Apalagi, selama ini galian C di wilayah tersebut dighunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan, baik yang dilakukan masyarakat ataupun pemerintah daerah.

'Dampak yang paling besar (dari razia galian C) terhentinya kegiatan pembangunan di Kotim baik yang dilakukan pemerintah, swasta maupun masyarakat,' kata Audy Valent, Koordinator Forum Bersama (Forbes) LSM Kotim, Minggu (9/4/2017).

Audy menambahkan, material galian C merupakan kebutuhan bagi masyarakat banyak, yang penyelesaiannya tidak boleh ditunda-tunda. Karena akan berdampak terhadap perekonomian masyarakat bila dibiarkan berlarut-larut.

'Rentetan dari penghentian ini sama saja dengan terhentinya separuh urat nadi pembangunan di Kotim, dari itu harus sama-sama mencari jalan keluarnya,' tegas Audy.

Demi berjalannya pembangunan fisik di Kotim penyelesaian masalah ini harus segara, karena tanpa suplai pasir yang ada di kawasan Jalan Jenderal Sudirman itu, maka dipastikan pembagunan di Kotim akan terhenti.

'Ini yang harus dipikirkan, memang dilematis sebenarnya di satu sisi tidak berizin, namun di satu sisi kebutuhan. Meski demikian kami harap usaha galian C di Kotim harus mengantongi izin,' pungkas Audy. (NACO/B-11)