Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Manokwari Selatan Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Parlemen Eropa Tunjukkan Sikap tak Bersahabat

  • Oleh Nazir Amin
  • 11 April 2017 - 14:00 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Parlemen Eropa menunjukkan sikap tidak bersahabat dengan Indonesia, bahkan cenderung menghina, selain menyinggung kedaulatan negara. Tuduhan bahwa kelapa sawit adalah korupsi, eksploitasi pekerja anak, melanggar HAM, jelas ngawur, dan tidak bisa diterima.

"Sepertinya parlemen Eropa tidak menghargai persahabatan yang selama ini terjalin baik. Tudingan itu menunjukkan, parlemen Eropa cenderung tidak lagi melihat Indonesia dengan jernih," kata anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, yang juga anggota Fraksi Partai NasDem DPR RI, Hamdhani dalam rilisnya kepada Borneonews, Selasa (11/4/2017).

Hamdhani setuju dengan pandangan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, yang menganggap tuduhan parlemen Eropa itu, sangat keji dan tidak relevan. Anggota Komisi IV DPR RI ini, juga melihat, Mosi Parlemen Eropa tersebut telah menyinggung kedaulatan Indonesia, karena menuduh dan mengajak pihak-pihak untuk boikot investasi sawit dan pindah ke sunflower dan rapeseed.

Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengungkapkan, Indonesia menolak tudingan parlemen Eropa melalui Report on Palm Oil and Deforestation of Rainforests (Laporan tentang Minyak Kelapa Sawit dan Deforestasi Hutan Hujan). Ia menyebutnya resolusi Parlemen Eropa itu sebagai sebuah penghinaan, dan tidak dapat diterima.

"Tuduhan sawit adalah korupsi, eksploitasi pekerja anak, menghilangkan hak masyarakat adat, merupakan tuduhan yang keji dan tidak relevan," kata Menteri Siti Nurbaya Bakar.

Seperti diketahui, Parlemen Eropa menyerukan pelarangan impor minyak sawit tak ramah lingkungan dan dilarang digunakan dalam biofuel. Melalui resolusi, sebanyak 640 suara setuju, 18 menolak, dan 28 abstain. Parlemen Eropa juga mendesak Uni Eropa harus memperkenalkan skema sertifikasi tunggal untuk kelapa sawit yang masuk pasar Uni Eropa. Tujuannya, menanggulangi dampak dari produksi minyak sawit tak berkelanjutan alias tak ramah lingkungan, seperti deforestasi dan degradasi habitat, terutama di Asia Tenggara. (RO/*/N).

Berita Terbaru