Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Rokan Hilir Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ini Alasan Banyak Lahan Sawit Kecil Bakal Diakuisisi

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 25 April 2017 - 17:00 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Kondisi industri perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan Indonesia banyak memiliki kesamaan, terutama terkait kepemilikan lahan oleh petani plasma (skala kecil).

Dengan semakin tingginya biaya produksi dan kian ketatnya persyaratan yang diterapkan untuk proses produksi, membuat banyak petani plasma merasa berat untuk melanjutkan bisnis mereka, terutama mereka yang tergolong pemain baru di industri sawit.

'Sebagai pemain baru, banyak petani plasma yang tidak mampu menutupi meningkatnya biaya produksi. Bagi start-up di Malaysia, biaya produksi yang mereka keluarkan bisa mencapai RM2.000 per ton minyak sawit mentah (CPO), terutama untuk pohon sawit yang masih muda," ucap pakar industri sawit terkemuka, M.R. Chandran, seperti dikutip StarBiz akhir pekan lalu.

'Buruknya manajemen perkebunan juga menjadi pemicu inefisiensi yang dialami para petani plasma, sehingga mereka tidak mampu memenuhi target produksi 23-25 ton per hektare per tahun,' imbuh Chandran.

Untuk di Malaysia, kondisinya mungkin lebih buruk lagi karena banyak petani plasma yang mendapatkan kredit perbankan dalam mata uang dolar AS. Jika harga CPO diperdagangkan antara US$650-US$670 per ton, perbankan masih akan senang hati mengucurkan pinjaman.

'Tapi jika harga CPO jatuh di bawah US$600 per ton, maka itu akan menyulitkan petani kecil untuk membayar cicilan, sehingga jalan keluarnya adalah menjual lahan perkebunan mereka meski di bawah harga pasar,' katanya.

Ini kondisi yang terjadi saat ini, yang diwarnai dengan banyaknya lahan sawit skala kecil yang ditawarkan untuk dijual setelah harga CPO kini diperdagangkan sekitar RM2.531 (US$575,6) per ton.

Pada periode 2013-2014, Chandran mencontohkan harga akuisisi lahan sawit di Sabah dan Sarawak yang sudah dilengkapi dengan pabrik pengolahan sawit adalah sekitar RM75.000 hingga RM80.000 per ha.

'Sekarang harga tersebut sudah tidak berlaku lagi. Saya yakin harga landbank perkebunan sawit di Sabah sudah turun menjadi sekitar RM60.000-RM65.000 per ha,' sebut Chandran.

Di Malaysia, nilai jual untuk lahan sawit dengan ukuran yang sama sekarang sekitar 20% hingga 40% lebih tinggi, tergantung pada lokasinya.

Sedangkan di Indonesia, lebih dari 5 juta hektare lahan sawit akan diakuisisi investor asing, dan disebut-sebut investasi asing yang akan ditanamkan di sektor sawit Indonesia mencapai sekitar RM100 miliar (Rp302 triliun). (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru