Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kenaikan Harga CPO Dongkrak Laba Astra Agro

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 27 April 2017 - 10:16 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencatatkan kinerja yang apik selama tahun lalu dengan peningkatan pendapatan sebesar 8,1% menjadi Rp14,12 triliun dan laba bersih sepanjang tahun lalu melesat signifikan lebih dari 216%.

"Kenaikan harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) sepanjang tahun lalu menjadi penopang kenaikan laba," kata Presiden Komisaris Astra Agro Lestari, Widya Wirawan, di Jakarta, Rabu (26/4/2017).

Kenaikan laba perusahaan pada tahun lalu, menurut Widya, terdorong oleh dua faktor. Pertama, efisiensi biaya operasional perusahaan dan kedua, keuntungan dari selisih kurs mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Secara produksi, kami memang turun karena faktor cuaca yang tidak tentu, tapi bisa ditutupi dengan kenaikan harga CPO sebesar 11,4% sepanjang tahun lalu," papar dia.

Widya menilai, kinerja apik Astra Agro sepanjang tahun lalu membuat perusahaan optimis menatap bisnis tahun ini. Sejumlah agenda ekspansi juga akan dilakukan perusahaan ini, khususnya di sektor perkebunan.

"Tahun ini, perusahaan berharap produksi tandan buah segar (TBS) dan CPO perusahaan bisa kembali normal, seperti produksi 2015. Sudah cek ke Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), perkiraannya tahun ini, semoga tidak terjadi panas berkepanjangan dan hujan berkepanjangan," ujarnya.

Astra Agro berencana membangun dua pabrik baru pada 2017. Pertama, pabrik pencampuran pupuk (fertilizer blending plant) dan pabrik penyulingan minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO). Untuk kedua pabrik tersebut, perusahaan akan berinvestasi senilai Rp300 miliar.

Pabrik fertilizer blending plant berkapasitas 100.000 ton per tahun ini akan dibangun di Kalimantan Tengah. Sedangkan pabrik PKO dibangun di Sulawesi dengan kapasitas produksi 400 ton per hari, pembangunan pabrik PKO diperkirakan membutuhkan Rp200 miliar, sisanya sekitar Rp100 miliar untuk pabrik fertilizer blending plant.

AALI juga berkomitmen pada tahun ini untuk meneruskan program integrasi kebun sawit dengan peternakan sapi yang telah bergulir sejak 2014. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru