Aplikasi Pilwali (Pemilihan Walikota) Kota Manado Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Diskusi Dialektika Demokrasi: Lawan Parlemen Eropa

  • Oleh Nazir Amin
  • 04 Mei 2017 - 16:22 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Pengurus Koordinatoriat Wartawan Parlemen bekerjasama dengan Biro Pemberitaan DPR RI menggelar diskusi Dialektika Demokrasi, bertajuk Lawan Parlemen Eropa!. Diskusi yang berlangsung di Media Centre DPR RI, Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (4/5/2017) siang, secara tajam membahas Mosi Parlemen Eropa yang mengadopsi resolusi soal kelapa sawit, Selasa (4/4/2017).

Diskusi yang dimoderatori Riza Harahap (Wartawan Kantor Berita Antara) itu, menghadirkan empat pembicara; Wakil Ketua Komisi IV DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Herman Khaeron, anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Partai NasDem, Hamdhani, mantan Menteri Pertanian, Prof. Bungaran Saragih, dan Staf Ahli Bidang Diplomasi Perekonomian Kemenlu, Ridwan Hassan Sahli.

Herman Haeron menilai tudingan parlemen Eropa tentang deforestasi, pekerja anak, pelanggaran HAM dalam industri kelapa sawit termasuk Indonesia, sebenarnya bagian dari tekanan terhadap bisnis sawit, yang sudah berlangsung lama. Pasalnya, industri sawit dianggap ancaman atas produk minyak nabati Eropa.

Resolusi itu, kata Herman, jelas diskriminasi terhadap Indonesia. Padahal, selama ini kita sudah patuh pada berbagai kesepakatan, protokol lingkungan hidup, dan lain sebagainya. Ia menyebutkan, masalah karet nabati juga dihajar dengan produk karet fosil. Karena itu, ia melihat suara parlemen Eropa iru, hanya persoalan persaingan usaha.

Hamdhani juga memandang, ada persaingan bisnis yang tajam di balik resolusi koleganya di Eropa itu. Menurut anggota Dewan dari daerah pemilihan Kalimantan Tengah itu, minyak nabati di Eropa kalah bersaing dengan efesiensi produk sawit. Tuduhan mereka terkait pelanggaran yang dilakukan Indonesia, kata Ketua DPP Partai NasDem bidang Otonomi Daerah itu, jelas tidak benar.

"Mereka bisa kehilangan potensi 9 Miliar Euro dan ribuan tenaga kerja di sektor biodesel, sabun, dan lainnya dari produk turunan sawit yang mereka olah," kata Hamdhani dalam rilisnya. (RO/*/N).

Berita Terbaru