BORNEONEWS, Palangka Raya - Tengkulak merupakan perantara dari petani kepada penjual sebenarnya. Tujuannya baik. Yakni untuk mengumpulkan hasil pertanian dalam sekali angkut untuk diantar kepada penjual di pasar.

Sayangnya banyak tengkulak nakal yang terkesan memaksa petani menjual murah, namun menaikkan harga begitu tinggi untuk sampai kepada penjual di pasar. Akibatnya, para penjual harus menjual dengan harga cukup tinggi demi juga mendapat keuntungan.

Hal inilah yang mejadi perhatian AT Prayer, Anggota Komisi B DPRD Kota Palangka Raya. Ketimpangan harga antara tingkatan petani dan penjual menurutnya membuat semakin minimnya warga yang berminat menekuni dunia pertanian.

"Ini menjadi salah satu penyebab kurangnya minat warga terhadap sektor pertanian. Hasil produksi pertanian harus dijual dengan harga rendah sehingga kadang-kadang petani bukannya mendapat untung malah bisa rugi," tutur politisi Nasdem ini,, Sabtu (6/5/2017).

Hal ini perlu diatasi. Menurutnya pemerintah perlu memantau, bahkan mengatur pergerakan para tengkulak. Salah satu caranya dengan menyediakan pasar bagi petani yang tengkulaknya adalah pemerintah sehingga harga beli ke petani dapat diatur.

"Hasil pertanian dari luar daerah juga harus dikontrol. Selama ini petani kita kalah karena hasil pertanian dari luar sudah lebih dahulu memenuhi pasar di Palangka Raya sehingga berpengaruh pada pemasukan petani lokal," tambahnya.

Hal ini juga berimbas pada kurang berminatnya generasi muda untuk mengembangkan sektor pertanian. Bahkan generasi muda saat ini cenderung lebih memilih untuk menekuni dunia usaha lainnya. (TESTI PRISCILLA/B-6)