Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Sukabumi Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Industri Sawit Harus Diperjuangkan karena Sumbang Devisa

  • Oleh Ediya Moralia
  • 08 Mei 2017 - 08:42 WIB

BORNEONEWS, Raja Ampat - Pers tanah air menjadi kunci penting dalam melawan kampanye negatif sawit yang gencar dilakukan negara-negara produsen minyak nabati lainnya.

Pernyataan ini datang dari Bendahara Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kanya Laksmi Sidharta dalam seminar bertajuk Kebebasan Pers dalam keberagaman di Gedung Pari Raja Ampat, Papua Barat, akhir pekan lalu.

"Sawit merupakan komoditas nasional yang harus kita perjuangkan. Saat ini sawit menyumbang 13% devisa negara jauh lebih tinggi daripada migas. Tanpa sawit, devisa Indonesia mengalami defisit sejak 5 tahun lalu,' jelas Laksmi.

Lebih lanjut ia menyebutkan, pemberitaan media akan suatu daerah menjadi salah satu referensi bagi perusahaan untuk menanamkan investasi di daerah tersebut.

"Image suatu daerah bisa dinilai salah satunya dari pemberitaan di media. Sama halnya dengan industri sawit, jika media Indonesia turut memberitakan kampanye negatif mengenai sawit maka akan berdampak pada melemahnya industri ini. Perlu diketahui, lebih dari 40% perkebunan kelapa sawit dimiliki oleh masyarakat selebihnya oleh pemerintah dan perusahaan" Kata laksmi.

Selama ini Eropa dan Amerika gencar membuat kampanye negatif sawit atas dasar perang dagang semata melalui pemberitaan di negara asing, maka menurut Laksmi, cara ampuh untuk melawan berita-berita negatif tersebut dengan pemberitaan positif yang dari pers nasional kita.

"Mengenai sawit, Ada isu deforestasi, isu HAM, isu kesehatan semua itu sama sekali tidak benar. Itu semua semata-mata hanya perang dagang antarprodusen minyak nabati,' tegas Laksmi.

Pada kesempatan yang sama, ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Yadi Hendriana. Yadi menilai, pers harus mampu mewadahi semua kepentingan baik masyarakat, pemerintah, aparat maupun dunia usaha. Pers menjembatani informasi antara pemerintah dan masyarakat juga turut memperjuangkan kepentingan negara.

Informasi yang benar mengenai industri kelapa sawit menjadi modal awal bagi insan pers untuk memperjuangkan kepentingann Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.

"Seperti saat ini, Indonesia produsen winyak sawit dunia, namun dipersulit oleh Eropa. Ini sangat memprihatinkan maka ini menjadi fungsi media,' kata Yadi.

Sejak era reformasi 1999 itulah era kebebasan pers hingga melahirkan puluhan industri media lahir. Maka dengan banyaknya media masa menjadi peluang besar untuk memberikan informasi sawit yang benar.

Hal senada diungkapkan Ketua dewan pers Yosep Adi Prasetyo "Kami syaratkan semua media berbadan hukum dan media memiliki kewajiban besar dalam membuat berita yang berimbang serta bertanggung jawab dalam pembangunan negeri ini,' kata Yosep. (EDIYA MORALIA)

Berita Terbaru