Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ini Alasan Logis CBI Kembangkan Produk Turunan Biodiesel di Tempenek

  • Oleh Cecep Herdi
  • 11 Mei 2017 - 14:06 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Citra Borneo Indah (CBI) Group terus melebarkan sayapnya, antara lain membangun kawasan industri di Sungai Tempenek, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Owner CBI Group Haji Abdul Rasyid AS memiliki alasan logis, mengolah turunan Crude Palm Oil (CPO) antara lain menjadi produk biodiesel di Tempenek itu.

"Biodiesel akan menjadi produk incaran masa mendatang, terutama setelah bahan baku minyak dunia yang berasal dari fosil, atau minyak bumi, habis, dan tentu saja tidak bisa dikembangkan lagi," kata ucap Haji Abdul Rasyid AS saat mengajak Direktur BNI Putrama Wahyu Setyawan dan rombongan meninjau pembangunan Refinery Downstream di Tempenek itu, Rabu (10/5/2017) siang.

Seperti kata Direktur Komersial PT Surya Borneo Industri (SBI), Ramzi Sastra,  CBI Group melebarkan sayap usahanya ke sektor hilir dengan membangun komplek industri, yang kelak bisa menampung belasan ribu tenaga kerja. Nilai investasi yang digelontorkan untuk pembangunan proyek raksasa berorientasi ekspor ini, mencapai miliaran dolar. Rencana tersebut telah digagas sejak beberapa tahun lalu, dan mulai dibangun sejak 2015.

Haji Abdul Rasyid bertekad melalui jaringan bisnis kelapa sawitnya, tidak ingin hanya menjadi penyuplai Crude Palm Oil (CPO), tetapi bagaimana bisa menciptakan sebuah produk berbahan baku minyak kelapa sawit baik yang sudah 100% jadi atau 75% jadi. Dengan begitu akan diperoleh nilai tambah berlipat-lipat dibanding sekedar menjual minyak kelapa sawit, yang bahkan bisa dipermainkan pasar.

"Kita bisa melakukan itu. Kita bisa mengolah berbagai turunan CPO menjadi berbagai macam produk. Kita ingin bahan baku yang ada di sini, di Kotawaringin Barat, semuanya kita ekspor menjadi produk jadi. Kita masuk refinery, kita masuk biodiesel, kita masuk olio, dan sebagainya. Produksinya di sini Pangkalan Bun, di Kobar," ucap Haji Abdul Rasyid AS.

Direktur BNI Putrama Wahyu Setyawan mengomentari apa yang tengah dikerjakan Abdul Rasyid AS saat ini merupakan ide dan tindakan logis serta bakal berbuah manis di masa depan.

"Yang akan dihasilkan nanti oleh perusahaan ini adalah produk substitusi petrokimia. Bahan bakar fosil kan akan habis, pada saatnya pasti habis ya kan Jadi mau tidak mau ganti ke bahan yang terbaharukan yaitu dari turunan CPO. Itu visi jangka panjang dari beliau (Abdul Rasyid AS)."

Master plan produk turunan yang sudah dirancang oleh CBI Group ini akan menjadi satu-satunya perusahan di Kalteng yang bergerak mulai dari hulu sampai hilir, dan menghasilkan berbagai produk siap jual. Selama ini perusahaan-perusahaan sawit di Kalteng khususnya di Kobar hanya menjadi penyuplai CPO ke dalam dan luar negeri.

"Kita buat sampo, sabun, minyak goreng, biodiesel, Refinery, olio, kosmetik, hingga obat-obatan yang berbahan baku kelapa sawit di sini. Kita buka kawasan industri di sini. Peluang bisnis terbuka, magnet bagi investor, menciptakan lapangan kerja, perekonomian kita juga akan pesat, saya yakin. Kita berdoa saja semua berjalan lancar ya," timpal Haji Abdul Rasyid.

Indonesia Hebat

Pemilik PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) ini tak silau bersaing dengan perusahaan consumer goods salah satunya Unilever N.V yang bermarkas di Rotterdam, Belanda untuk menciptakan produk turunan dari kelapa sawit. Haji Abdul Rasyid menegaskan, pengusaha daerah pun bisa bersaing dan sejajar dengan perusahaan-perusahaan raksasa dunia yang memproduksi berbagai kebutuhan manusia.

"Kita bisa menciptakan itu semua dari turunan CPO. Indonesia itu seharusnya unggul, kenapa demikian Karena kita punya semuanya. Sumberdaya alam kita kaya, sumber daya manusia kita akeh (banyak), dan negara kita lebih aman dan nyaman dibanding negara-negara lain," kata pengusaha yang masuk jajaran 50 orang terkaya Indonesia versi majalah Forbes Desember 2014 itu.

Intinya, tambah Haji Abdul Rasyid, Indonesia itu lebih hebat dari pada negara-negara lain. CPO Indonesia juga memiliki keunggulan komparatif yang tinggi dibanding negara penyuplai lain seperti Malaysia, yang termasuk besar. "Ya, kita bisa unggul, dan negara makmur, asal dikelola dengan benar." (CECEP HERDI/B-11)

Berita Terbaru