Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Tuban Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Minyak Goreng Kemasan CBI Group Masuk Pasar 2018

  • Oleh Nazir Amin
  • 15 Mei 2017 - 18:22 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Kalau tak ada aral melintang, awal 2018, minyak goreng kemasan dari Kawasan Industri Surya Borneo Industri (SBI), di Sungai Tempenek, Kecamatan Kumai, Kotawaringin Barat, akan memasuki pasar. Anak perusahaan Citra Borneo Indah (CBI) Group milik Haji Abdul Rasyid AS itu, kini menggenjot persiapan produksi bersejarah dari Bumi Marunting Batu Aji itu.

"Akhir tahun ini, 2017, pabrik kita sudah berproduksi, dan awal 2018 sudah meluncurkan produk komersial ke pasar ekspor," kata Rudy Ferdinand Bokslag, Head of Downstream Project CBI Group kepada Borneonews, yang menghubunginya, Senin (15/5/2017).

Seperti diketahui, CBI Group, konglomerasi milik Haji Abdul Rasyid AS, sedang merampungkan proyek downstream, yang digarap sejak 2014, di bawah komando Rudy Bokslag. Industri hilir berbahan baku crude palm oil (CPO) itu, bakal menghasilkan minyak goreng, bahan baku plastik, biodiesel, sampai nanti bahan kosmetika, obat-obatan, dan lain sebagainya.

"Ya, akhir 2017, pabrik sudah berproduksi, dan awal 2018 sudah meluncurkan produk komersial minyak goreng kemasan. Tetapi, sebagian besar akan menyasar pasar ekspor, sebagian kecil saja di dalam negeri. Permintaan luar negeri besar," kata Rudy Bokslag.

Direktur Komersial PT SBI, Ramzi Sastra mengungkapkan, minyak goreng kemasan CBI Group itu, diproduksi dengan merek sendiri. Tetapi, melihat besarnya permintaan pasar luar negeri, sebagian besar minyak goreng tersebut akan diekspor ke sejumlah negara.

Minyak goreng kemasan adalah salah satu produk dari hilirisasi industri yang sedang digarap konglomerasi milik Haji Abdul Rasyid AS itu. Dalam Kawasan Industri SBI di Tempenek itu, kata Ramzi Sastra, sedikitnya ada empat perusahaan: PT Surya Borneo Industri (SBI), sebagai pemilik areal industri seluas 100 hektare itu.

Masih di bawah CBI Group seperti PT SBI, juga ada PT Citra Borneo Utama (CBU), yang diproyeksikan memproduksi minyak goreng (olein) dan stearin. Lainnya, PT Citra Borneo Energy (CBE), dengan produk Biodiesel dan Glycerin. Terakhir, PT Citra Borneo Chemical (CBC), yang akan menghasilkan fetty acids, fatty alcohol dan produk oleo chemical lainnya.

Lapangan kerja

Dalam beberapa kesempatan, Haji Abdul Rasyid AS sempat mengungkapkan obsesinya membangun kawasan industri berbahan baku minyak kelapa sawit, atau CPO. Nantinya, pemilik CBI Group dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk., itu tidak lagi mengandalkan pada penjualan CPO.

"Kami ingin bahan baku CPO di sini di Kotawaringin Barat, semuanya kita ekspor menjadi produk jadi. Kita masuk refinery, yang memproduksi biodiesel, olio, dan sebagainya," kata H Abdul Rasyid AS saat mengajak Direktur BNI Putrama Wahyu Setyawan dan rombongan berkeliling meninjau pembangunan PT Surya Borneo Industri (SBI), pengelola kawasan industri di Sungai Tempenek, Rabu (10/5/2017).

Di Sungai Tempenek, Kumai, sejak 2014, di bawah kendali Rudy Ferdinand Bokslag, sebuah megaproyek yang akan menampung belasan ribu tenaga kerja sedang diselesaikan. Dalam dua-tiga tahun ke depan, semuanya rampung.

"Saat memulainya, 2014, kawasan Tempenek, Kumai ini, masih rawa-rawa. Tidak ada jalan, sehingga bisa dibayangkan susahnya mencapai wilayah ini," kata Rudy Bokslag saat mengajak Borneonews mengelilingi Kawasan Industri SBI, di Tempenek, Jumat (12/5/2017) siang-sore.

Kawasan Industri CBI Group itu seluruhnya berdiri di atas lahan sekitar 100 hektare. Resmi dimulai pada 2014, saat ini sudah tergarap kurang lebih 43 hektare. Jumat siang nan terik itu, terlihat para pekerja sibuk menjalankan tugas masing-masing. Semua mengenakan sepatu khusus, dan helm proyek, sesuai standar prosedur keamanan tenaga kerja.

Sebagian lokasi dari areal seluas 100 hektare itu, sudah berupa hamparan tanah yang telah melalui pengerasan, atau land clearing, meski masih dibiarkan terbuka. Di beberapa tempat juga ada yang masih berupa rawa, dengan air jernih gelap kecoklatan.

Rangka beton sepanjang rata-rata 12 meter tertancap di beberapa lokasi pembangunan. Sebagian besar tergeletak di tanah, sebelum digunakan, di lokasi bangunan baru yang menyusul dibangun. Beberapa bangunan sudah berdiri.

Yang menonjol, ada sejumlah tanki penampung CPO berwarna putih kekuningan, setinggi rata-rata 40-an meter. Tanki berkapasitas 6 ribu ton CPO, setidaknya membutuhkan 82 tiang pancang, yang terbuat dari beton. Bayangkanlah biayanya jika sebuah tiang beton berukuran 12 meter seharga Rp2,6 juta.

Saat menemani rombongan Direktur BNI Putrama Wahyu Setiawan mengunjungi Kawasan Industri SBI, di Tempenek, Kumai, Rabu (10/5/2017), Haji Abdul Rasyid nampak bersemangat menjelaskan obsesi lamanya memasuki industri hilir.

Pembangunan megaproyek itu akan membuat CBI Group sebagao pengekspor produk jadi berbagai turunan minyak kelapa sawit. Jadi, bukan lagi penyuplai Crude Palm Oil (CPO), seperti dijalani selama ini. Dipastikan produk industri yang dihasilkan dari Bumi Marunting Batu Aji itu, bernilai jual tinggi, setidaknya dibanding dengan berjualan minyak kelapa sawit, seperti dilakoni selama ini.

"Kami ingin bahan baku CPO di sini di Kotawaringin Barat, semuanya kita ekspor menjadi produk jadi. Kita masuk refinery, biodiesel, olio, dan sebagainya," kata H Abdul Rasyid AS. (NAZIR AMIN/B-2).

Berita Terbaru