Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Nabire Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ayo...Saatnya Kejar Pasar Minyak Sawit Uni Emirat Arab

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 31 Mei 2017 - 11:30 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Di tengah ekspektasi menurunnya permintaan minyak nabati berbasis sawit di Tiongkok dan India, Indonesia sudah harus mulai merambah pasar lain di Timur Tengah, terutama Uni Emirat Arab (UEA).

Berdasarkan data dari Grand View Research, Inc. yang dirilis Selasa (30/5/2017), pasar minyak sawit UEA diperkirakan mencapai US$467,1 juta (Rp6,224 triliun) pada 2025.

Menurut lembaga riset internasional tersebut, meningkatnya nilai pasar minyak nabati berbasis sawit di negara kawasan Teluk itu didukung oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap aspek kesehatan dari minyak nabati yang dikonsumsi.

Masyarakat UEA kini sudah lebih paham tentang manfaat kesehatan dari lemak jenuh yang berasal dari minyak sawit. Untuk diketahui bahwa sejumlah penelitian menyebutkan bahwa minyak sawit memiliki kandungan lemak jenuh dan tak jenuh yang berimbang, selain mengandung antioksidan dan nutrisi lainnya.

Sementara itu, minyak sawit mentah (CPO) telah muncul sebagai produk minyak nabati dominan di UEA pada 2015, dengan raihan pangsa pasar mencapai 90%.

Kosmetik diperkirakan akan mencatat angka pertumbuhan tertinggi sebesar 10,4% dari Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan (CAGR) di antara produk-produk lainnya.

Pasar minyak sawit UEA pada 2015 melampaui angka 155 kilo ton dan diestimasi akan tumbuh sekitar 8,2% CAGR dari 2016 hingga 2025. Belum lagi dengan laju pertumbuhan produk oleokimia di negeri itu yang cukup signifikan, sehingga membuka peluang sebesar-besarnya bagi produsen di Indonesia untuk memasarkan produknya ke negeri padang pasir itu.

Berdasarkan data BPDP Sawit, pada tahun lalu, ekspor minyak sawit mentah (CPO), palm kernel oil (PKO), dan turunannya mencapai 25,7 juta ton atau setara US$17,8 miliar (Rp240 triliun).

Hingga akhir 2017, ekspor minyak sawit dan turunannya diprediksi US$17,9 miliar hingga US$20,6 miliar, dengan asumsi ekspor mencapai 27,5 juta ton dan 25% di antaranya berupa produk mentah atau CPO, PKO. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru