Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Buru Selatan Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Pacu Produktivitas Sawit, GAPKI Dorong Kerjasama Perusahaan dengan Perkebunan Rakyat

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 14 Juni 2017 - 15:00 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Indonesia akan terus menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia dan segala kampanye hitam dari dalam dan luar negeri tidak berpengaruh pada permintaan global.

"Permintaan global akan tinggi, bahkan cenderung meningkat. Pada April tahun ini, permintaan minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya dari Eropa justru naik sekitar 8%. Sebelumnya pada Maret 2017 sekitar 446,92 ribu ton, sebulan kemudian menjadi 482,95 ribu ton," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono, kepada pers di Jakarta, Selasa (13/6).

Saat ini, menurut Joko, pihaknya berkomitmen mendukung program peningkatan produktivitas petani dengan mendorong para anggota memperluas kerjasama kemitraan antara perusahaan dengan perkebunan rakyat. Indonesia memiliki keunggulan kompetitif untuk mengembangkan sektor perkebunan kelapa sawit karena infrastruktur usaha yang memadai, kondisi cuaca, ketersediaan tenaga kerja, dan dukungan dari masyarakat atau petani dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit.

"Namun demikian, masih banyak ditemui distorsi kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah terkait pengembangan sektor perkebunan kelapa sawit. Bisa jadi, masih munculnya berbagai kebijakan yang distortif ini, tidak lepas dari tekanan negara-negara maju melalui berbagai kampanye negatif terhadap keberadaan sektor kelapa sawit di Indonesia," papar dia.

Hingga tahun lalu, dengan luas lahan 11,5 juta hektare, Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan produksi mencapai 34,5 juta ton. Dari produksi tersebut, 25,11 juta ton terserap di pasar ekspor.

Lima kawasan tujuan ekspor terbesar minyak sawit Indonesia adalah India (5,78 juta ton), Uni Eropa (4,37 juta ton), Tiongkok (3,22 juta ton), Pakistan (2,06 juta ton), dan negara-negara Timur Tengah (1,97 juta ton).

"Permintaan dari negara-negara tersebut terus meningkat, selain juga ada tambahan permintaan dari berbagai negara tujuan ekspor baru seperti Amerika Serikat dan Eropa Timur," ujar Joko. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru