Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Tarian Dayak Pukau Peserta Festival Nyanyian Suci Keagamaan Hindu 2017

  • Oleh Testi Priscilla
  • 15 Juli 2017 - 09:30 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya - Bunyi gong nyaring tiba-tiba terdengar saat kegiatan penutupan Festival Nyanyian Suci Keagamaan Hindu atau yang dikenal dengan sebutan Utsawa Dharma Gita (UDG) ke XIII di Main Dining Hall Wisma Atlet Jakabaring Sport Centre, Palembang, Minggu (9/7/2017) malam. Dari sisi panggung sebelah kanan dan kiri, keluar tiga penari mengenakan busana adat Suku Dayak Kalimantan Tengah (Kalteng). Tampilan mereka lengkap dengan aksesori bulu burung Tingang yang diikat di kepala dan Mandau, senjata khas Suku Dayak, di tangan kanan.

Tanpa alas kaki, ketiga penari itu lincah bergerak melambaikan tangan, memutar jemarinya yang lentik serta menggoyakan tubuhnya mengikuti irama Gandang, alat musik suku Dayak Kalteng. Seorang penari pria di barisan tengah mengayunkan Mandau ke depan. Dengan tatap mata yang tajam, tiba-tiba ia meloncat dan teriak "huui" dengan nyaring. Sementara dua penari putri terus menggerakan tangan dan badannya seraya menggigit Mandau. Tepuk tangan riuh rendah langsung menggema di seisi gedung. Beberapa hadirin terlihat bersorak-sorai menyaksikan keindahan tarian suku Dayak yang disuguhkan kontingen dari provinsi berjuluk Bumi Tambun Bungai di Festival Nyanyian Suci Keagamaan Hindu tahun 2017 itu.

Hal ini digambarkan dalam rilis yang dikirimkan Tokoh Dayak Kalteng, Lewis KDR yang hadir di acara penutupan kegiatan tersebut kepada Borneonews, Sabtu (15/7/2017). Lewis mengatakan bahwa tarian yang disajikan ketiga remaja Kalteng itu berjudul Hampenyang Mandau Ampang. Tarian khas Dayak Kalteng itu menggambarkan bahwa masyarakat yang hidup di era modern saat ini bagikan berenang di samudra perbedaan. "Persamaan dan perbedaan adalah kodrat dari Tuhan dan bukan hal yang negatif, jika manusia bisa memberikan proporsi dengan akal budi yang sehat," ucap Lewis.

Menurutnya, tarian bertema "Kekuatan Spiritual dan Isen Mulang (pantang menyerah) dalam Menghadapi Perkembangan Jaman" ini sengaja disuguhkan untuk memotivasi peserta UDG Nasional dan masyarakat Indonesia agar terus berani membela kebenaran secara ritual dan spiritual dalam menjaga alam dan melestarikan budaya di tengah keberagaman suku, agama dan bahasa agar tetap kokoh dalam ikatan falsafah Bhineka Tunggal Ika.

"Bangsa kita, akhir-akhir ini diguncang isu-isu intoleran yang bisa memecah-belah dan mengerogoti persatuan dan kesatuan kita. Karena itu, sebagai bagian anak bangsa, putra-putri Kalteng di kotingen Ustawa ini ingin mengobarkan semangat menjaga kebinekaan agar bangsa ini tetap kokoh di tengah keragaman," ucap Lewis. (TESTI PRISCILLA/B-8)

Berita Terbaru