Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Natuna Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ingin Sawit Indonesia Tetap Berdaya Saing Tinggi Ini Caranya

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 20 Juli 2017 - 12:40 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) menyatakan Indonesia harus dapat memproduksi minimal 25 ton tandan buah segar (TBS) kelapa sawit per hektare per tahun jika ingin mempertahankan daya saing di pasar minyak nabati dunia.

"Produktivitas TBS itu hendaknya diikuti pula dengan rendemen (yield) setidaknya 25% atau menghasilkan crude palm oil (CPO) 5 ton hingga 6 ton per ha per tahun. Lompatan produktivitas itu penting untuk menggapai visi menggandakan suplai CPO Indonesia ke pasar dunia sekitar 60 juta ton pada 2050," kata Ketua Umum Perhepi, Bayu Krisnamurthi, di Jakarta, Rabu (19/7/2017).

Saat ini, menurut Bayu, produktivitas TBS banyak yang masih di bawah 20 ton per ha, terutama dialami oleh petani swadaya karena umur tanaman sudah tua atau kualitas benih tidak baik. Akibatnya, CPO yang dihasilkannya hanya sekitar 2,5 ton hingga 3 ton per ha kendati masih lebih unggul dibandingkan dengan produktivitas minyak rapeseed yang hanya 0,6 ton per ha, minyak biji bunga matahari 0,5 ton per ha, dan minyak kedelai 0,4 ton per ha.

"Ruang untuk mengerek produktivitas TBS dan CPO itu berada pada perkebunan rakyat mengingat yield yang dihasilkan perkebunan swasta sudah relatif tinggi. Tidak sekadar mempertahankan keberlanjutan kelapa sawit, kita juga harus mempertahankan keberlanjutan daya saing sawit," papar dia.

Meskipun demikian, lanjut Bayu, sawit hendaknya tidak dibatasi untuk sekadar menghasilkan CPO. Sawit harus menghasilkan multiproduk, mulai dari cairan, padatan, hingga gas.

"Indonesia mengekspor cangkang sawit ke Jepang untuk memenuhi kebutuhan bahan baku bioenergi Negeri Matahari Terbit. Tahun lalu, volume pengapalan cangkang sawit ke Jepang 450.000 ton dengan harga US$80 per ton free on board (FOB) atau US$120 cost, insurance, and freight (CIF)," ujar Bayu. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru