BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Perkebunan kelapa sawit merupakan industri padat karya, sehingga bila ada kekurangan tenaga kerja, maka produktivitas komoditas ini akan terganggu.

Saat ini banyak perusahaan perkebunan di Malaysia yang mengalami kesulitan mendapatkan tenaga kerja selepas Ramadan hingga Idul Fitri, terutama tenaga kerja yang berasal dari luar negeri, terutama Indonesia. Akibatnya, perusahaan mengalami kerugian finansial cukup signifikan karena banyak buah sawit yang tidak bisa dipanen karena kurangnya tenaga kerja di lapangan.

Namun, kondisi seperti yang dialami banyak perusahaan sawit itu akan dapat teratasi bila mengadopsi alat pemotong modern bernama 'e-cutter', yang dikembangkan oleh Universiti Putra Malaysia.

Alat pemotong buah sawit elektris ini merupakan bagian dari program riset Universiti Putra Malaysia bekerjasama dengan Higher Education Ministry dan Federal Land Development Authority (Felda).

Adapun 'e-cutter' diperkenalkan pertama kali dalam sebuah acara yang digelar di Kuala Kubu Baru, Malaysia, akhir pekan lalu.

Dengan menggunakan 'e-cutter', proses pemotongan buah sawit pada saat panen akan lebih mudah dibandingkan dengan alat pemotong konvensional karena berbobot lebih ringan dan lebih ringkas ukurannya.

Keunggulan lain dari 'e-cutter' adalah cakupan area potong hingga mencapai 10 meter, sedangkan pemotong konvensional hanya lima meter.

Untuk harganya ditawarkan sekitar RM2.000 (Rp6,2 juta) hingga RM3.000 (Rp9,3 juta). (NEDELYA RAMADHANI/m)