Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Menyelidik Meningkatnya Ekspor Minyak Sawit ke AS dan Eropa

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 25 Juli 2017 - 18:40 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Di tengah gencarnya kampanye hitam terhadap minyak sawit, permintaan atas komoditas ini ternyata meningkat belakangan ini baik dari Amerika Serikat, Eropa maupun Tiongkok.

Selidik punya selidik, ternyata pemacu meningkatnya permintaan terhadap minyak sawit adalah semakin melebarnya spread atau selisih harga antara minyak sawit dengan minyak nabati berbasis kedelai seiring dengan kian menguatnya harga kedelai akibat cuaca kering di Amerika Serikat. Dampaknya, banyak pembeli di Benua Biru, AS dan Tiongkok melirik minyak sawit yang harganya murah.

Adapun harga minyak sawit diprediksi melemah pada semester kedua tahun ini seiring dengan meningkatnya produksi. Harga minyak sawit telah terkikis sekitar 17 persen pada tahun ini, dan pada perdagangan akhir pekan lalu turun 0,4 persen menjadi 2.566 ringgit ($598,83) per ton.

Perbedaan harga (spread) antara minyak sawit dan minyak kedelai di Chicago Board of Trade saat ini sekitar $150 per ton, yang merupakan spread terbesar antara kedua minyak nabati itu dalam setahun.

Sedangkan spread antara olein sawit dan minyak kedelai AS untuk ekspor adalah $166 per ton. Dan spread terhadap minyak kedelai Argentina, harga olein sawit adalah $90 per ton.

Harga minyak kedelai telah naik 7 persen sejak awal Juni akibat cuaca kering yang melanda AS.

"Spread yang melebar itulah yang membuat Tiongkok dan Eropa menambah pembelian minyak sawit," kata Brandon Chia, seorang dealer di kantor pialang Okachi Malaysia yang berbasis di Kuala Lumpur, seperti dilansir Reuters.

"Harga kedelai masih akan tetap menguat berkat dukungan prediksi cuaca kering. Sepanjang harga kedelai kuat, spread masih akan melebar," imbuhnya. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru