Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Banjar Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Indonesia Tambah Pasokan Minyak Sawit Dunia 25 Juta Ton Pada 2045

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 04 Agustus 2017 - 15:50 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Permintaan terhadap sawit Indonesia untuk memenuhi pasar dunia pada 30 tahun ke depan atau 2045 diperkirakan meningkat sekitar 20 juta ton hingga 25 juta ton dari saat ini.

"Pada tahun lalu, permintaan minyak nabati dunia sebanyak 167,5 juta ton, 40% di antaranya dipenuhi dari minyak sawit," kata Ketua Himpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), Bayu Krisnamurthi, di Jakarta, Jumat (4/8/2017).

Pada 30 tahun ke depan atau 2045, menurut Bayu, permintaan minyak nabati dunia sekitar 275 juta ton atau naik 105 juta ton dari saat ini. Jika 40% dipenuhi dari minyak sawit, maka kebutuhan tahun itu sekitar 40 juta ton hingga 45 juta ton.

"Peran Indonesia dalam 30 tahun ke depan ada tambahan permintaan sawit Indonesia 20 juta ton hingga 25 juta ton. Saat ini produksi sawit Indonesia 35 juta ton sehingga 2045 diproyeksikan 60 juta ton," papar dia.

Usia produksi rata-rata tanaman sawit adalah 30 tahun sehingga kondisi permintaan pasar dunia ke depan terhadap komoditas tersebut sudah seharusnya dipersiapkan dari sekarang. Terkait upaya untuk meningkatkan produksi minyak sawit nasional dari saat ini 35 juta ton menjadi 65 juta ton pada 2045, sulit jika dilakukan dengan ekspansi atau perluasan lahan.

"Meskipun secara legal formal perluasan lahan baru bisa dilakukan, namun pemerintah menerapkan kebijakan moratorium lahan," ujar Bayu.

Oleh karena itu, lanjut Bayu, upaya peningkatan produksi minyak sawit ke depan bisa dilakukan dengan menaikkan produktivitas tanaman, apalagi potensi tersebut masih sangat tinggi.

"Saat ini produktivitas tanaman sawit nasional menurut pusat penelitian sekitar 7,8 ton hingga 8 ton CPO per hektare, sedangkan di perusahaan swasta 4,5 ton sampai 5 ton CPO per hektare dan di perkebunan rakyat 3 ton hingga 3,5 ton CPO per hektare. Ada ruang yang cukup besar dari perkebunan rakyat untuk ditingkatkan produktivitasnya," pungkasnya. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru