Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Bolmong Timur Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Gara-gara India, Harga CPO Akhirnya Terpeleset

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 15 Agustus 2017 - 11:40 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Akhir pekan lalu India memberikan pernyataan mengejutkan bagi Indonesia dan Malaysia sebagai pengekspor utama minyak sawit. Akibatnya, harga minyak sawit mentah (CPO) terpukul.

Harga CPO akhirnya melemah untuk pertama kalinya dalam lima sesi perdagangan terakhir menyusul keputusan India menaikkan bea masuk (BM) untuk CPO dan minyak nabati sulingan.

India, sebagai pengimpor minyak nabati terbesar dunia, menaikkan BM dua kali lipat terhadap minyak sawit menjadi 15 persen dan BM untuk minyak nabati sulingan menjadi 25 persen. Langkah itu untuk melindungi petani oilseed lokal menyusul rendahnya harga minyak sawit yang diimpor dari Malaysia dan Indonesia.

Harga minyak sawit untuk kontrak Oktober di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup turun 0,6 persen menjadi 2.665 ringgit ($620,92) pada Senin (14/8), setelah pada awal perdagangan sempat menguat menjadi 2.696 ringgit, yang merupakan level tertinggi sejak 31 Juli.

Ketidakpastian atas proyeksi produksi minyak sawit telah mengangkat harga pada awal perdagangan, sebelumnya akhirnya tertekan akibat sentimen negatif keputusan penaikan BM oleh India.

"Gambaran keseluruhan dengan sejumlah faktor yang ada, sekarang lebih ke arah penurunan, seperti harga minyak kedelai di AS dan kemudian penerapan kenaikan BM baru oleh India," kata seorang pelaku pasar di Jakarta, Selasa (15/8).

Menurut dia, bisa saja permintaan minyak sawit dari India akan menurun dalam beberapa pekan ke depan.

Untuk diketahui, harga minyak sawit selalu dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lain, termasuk minyak kedelai, karena komoditas ini bersaing di pasar global.

Sementara itu, harga minyak kedelai kontrak Oktober di Chicago Board of Trade turun 0,7 persen, sedangkan harga minyak kedelai untuk kontrak Januari di Dalian Commodity Exchange melemah 0,2 persen. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru