Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Soppeng Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ada Peluang India Pangkas BM CPO Indonesia

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 24 Agustus 2017 - 12:20 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Sebagai mitra dagang penting, India sepertinya akan memperhatikan keberatan yang diajukan Pemerintah Indonesia terkait penaikan bea masuk (BM) terhadap impor minyak sawit dari Indonesia.

Sebelumnya, Pemerintah India dalam keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu menyatakan New Delhi menaikkan bea masuk dua kali lipat atas minyak sawit mentah (CPO) menjadi 15 persen dan meningkatkan bea masuk untuk minyak sawit olahan menjadi 25 persen. Tak hanya itu, India juga menaikkan bea masuk untuk minyak kedelai mentah menjadi 17,5 persen dari sebelumnya sebesar 12,5 persen.

Namun, Indonesia berharap India dapat mempertimbangkan kembali penaikan BM tersebut menyusul pembahasan yang dilakukan antara kedua belah pihak di Jakarta. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan pihaknya telah membahas soal kenaikan BM CPO ke India yang menjadi 15 persen, dari sebelumnya 7,5 persen, bersama Menteri Industri Makanan Olahan India, Sadhvi Niranjan Jyoti, di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu.

"Kami menyampaikan mengenai perhatian kita soal naiknya bea masuk sawit mencapai 100 persen," kata Enggartiasto.

Enggartiasto mengatakan, delegasi India yang ditemuinya tersebut menyatakan akan melakukan pembahasan internal terkait keberatan Indonesia. CPO merupakan komoditas utama Indonesia untuk ekspor.

"Perhatian pemerintah Indonesia terkait bea masuk tersebut akan kami sampaikan kepada pihak terkait, dan akan mencari solusi bersama," kata Sadhvi.

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), volume ekspor minyak sawit Indonesia ke India pada semester pertama 2017 mencatatkan pertumbuhan yang cukup siginifikan yaitu naik sebesar 43 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau dari 2,6 juta ton menjadi 3,8 juta ton.

New Delhi membelanjakan sekitar $10 miliar per tahun untuk mengimpor minyak sawit dari Malaysia dan Indonesia, dan mengimpor sedikit minyak kedelai dari Brasil dan Argentina. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru